Masa Sekolah Menengah kejuruan yaitu memori yang tidak sanggup dilupakan semua yang pernah mencicipi berada di lingkungan itu; lingkungan di mana wanita menjadi spesies langka yang menjadi rebutan para predator-predator haus kasih sayang.

Mungkin kalian yang bersekolah di Sekolah Menengan Atas akan merasa iri dengan persahabatan yang terjalin di lingkungan bawah umur SMK. Saya berkata menyerupai itu alasannya yaitu kemarin lihat meme yang berkata serupa. Kaprikornus ya … begitu. Pft.
‘Sekolah di bengkel’
Itu kata-kata yang sering Saya utarakan ketika memuji orang lain. Saya pernah me-mentor bawah umur rohis SMAN 1 Tasikmalaya; sekolah nomor 1 di Kota Tasikmalaya; nomor 1 dari nama dan kualitas.
Untuk menciptakan hati mereka mengembang dan sedikit bersemangat, Saya katakan, “Kalian kini sekolah di sekolah, dulu akang mah sekolah di bengkel. Jadi, manfaatkan. Jadilah insan yang menginspirasi.”
Saya anak SMK; sekolah di bengkel. Saya bangga.
Seperti kehidupan anak Sekolah Menengah kejuruan lainnya yang penuh dengan kemaskulinan –cie maskulin-, selain menjadi pelajar banyak juga yang menjadi kuli pukul musiman.

Kalau isu terkini Pekan Olahraga antar Sekolah, niscaya pasang badan; tawuran. Nah, jikalau problem yang negatif-negatif menyerupai ini … Saya mah tidak tertarik.
Tapi pernah, satu sabtu lebih mencekam dari sabtu-sabtu lainnya. Ada polisi yang berjaga di luar sekolah, katanya, “Anak Sekolah Menengah kejuruan sebelah lempar-lempar kerikil dan ‘pake baju perang'”
Akhirnya sabtu itu, Saya dan rekan-rekan tertahan di sekolah menunggu kompor padam.
Tapi bukan itu yang akan Saya ceritakan di postingan ini, melainkan kisah persahabatan yang berikrar, “Silakan di luar sana Kamu jadi pemimpin, jadi orang hebat, jadi apapun yang kau sanggupi. Tapi jikalau kumpul lagi … harus wajib konyol.”

Ya, konyol.
Orang konyolnya ada empat. Tapi Saya tulis tiga alasannya yaitu yang satunya pemain bayangan, ya … mirip-mirip kuroko, lah.
Dan pemain bayangannya itu … Saya sendiri.
Kenapa kami menamakan diri 3 konyol, atau barnyol (barudak konyol)?
Entah. Mungkin dari kelakuan kami yang berbeda dari rekan-rekan yang lainnya.
Misal …
Angkot Ngetem
Jengkel atau tidak jikalau angkot ngetem lama? Kalau tidak berarti kau orang yang patut dijadikan pejabat. Silakan bebas; sanggup tidur, sanggup melamun, sanggup nonton video ‘anu’, dll.

Tapi kami jengkel tidak alang kepalang.
Saat itulah kekonyolan muncul.
Dengan diiringi irama hati penumpang lain yang juga jengkel, salah satu di antara kami cek sound; memastikan kemerduan bunyi yang hendak dikeluarkan sanggup mengetuk pintu hati supir angkot.
“Ehm …”
Lalu jari-jari yang tidur terkepal mulai menguap berdiri.
1 … 2 … 3
“Maaju tak gentar. Membela yang Benar!
Maaju tak gentar. Hak kita diserang!
…”
Baru hingga sana, angkot sudah melaju kembali. Mungkin supirnya sadar jikalau sedang disindir. Pft.
Sepiring Berempat
Bisa dibilang kami orang kampungan.

Singkat cerita, pada suatu hari yang cerah tidak mendung apalagi hujan, ketika para polisi menilang tanpa surat tugas, ketika para pedagang kaki lima dimintai retribusi berlebihan, ketika akomodasi kota terus dibangun tapi moralitas terbengkalai … kami berempat diundang ke salah satu rumah makan.
Diundang oleh salah satu dari empat orang itu juga. Katanya sedang ada rezeki.
Rumah makan yang menjadi tujuan letaknya di mall terbesar se-priangan timur. Tapi kami menganggapnya sebagai rumah. Kaprikornus sebagian pake sendal jepit, ada juga yang pake celana training. Hak, dong.
Dipesankanlah makanan; lengkap dengan piring, tisu, sendok, garpu, dan pisau.
Tapi kami makan pakai tangan. Sepiring berempat.
Nonton Bioskop
Sekali lagi Saya katakan, “Kami orang kampung.”
Entah sudah berapa tahun Cinema 21 ada di kota Tasikmalaya; maksud Saya … bioskop. Berapa usang bioskop ada di Indonesia? Dan berapa usang kami berempat hidup di dunia?
Percaya atau tidak, Saya yang sudah kepala dua lebih sedikit ini … gres melihat layar bioskop tahun kemarin, 2015.

Dan konyolnya, ketiga teman konyol Saya pun sama. Kaprikornus disusunlah rencana untuk ‘mencari pengalaman baru’.
Dasar memang udik. Mirip tarzan masuk kota. Tapi tidak hingga lepas sandal pas masuk teater, sih. Hanya saja … jikalau dalam bahasa sunda mah, gendo, namanya. Bahasa Indonesianya Saya tidak tahu.
Wajar WNS (Warga Negara Sunda). Pft.
3 Konyol dan Dunianya Masing-masing

Semenjak lulus SMK, kami rutin bertemu minimal satu bulan satu kali. Kegiatannya tidak terang sekali. Yang penting makan-makan dengan tidak peduli pakai uang siapa.
Malah … saling memperlihatkan traktir.
Sering kami tidak tahu siapa yang berutang, siapa yang diutangi. Pokonya sesudah kenyang … kami selesaikan segala urusan utang-piutang itu dengan: halalkan.
Yang penting bertemu, perut kenyang, tahu keadaan. Selesai.
Ya. Selesai.
Hari ini, Saya di Magetan, tiga lainnya di Tasikmalaya meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada yang ke jurusan Pendidikan Agama Islam; dua lainnya ke jurusan Informatika.
Sumber https://satriabajahitam.com