Monday, March 5, 2018

√ Legenda Dongeng Rakyat Watu Menangis Terbaru

Legenda Cerita Rakyat Batu Menangis Terbaru - Cerita Rakyat wacana anak yang dikutuk oleh ibunya, ternyata tidak hanya terjadi di tempat Sumatera Barat saja, tetapi di tempat Kalimantan pun terdapat sebuah dongeng yang mengisahkan wacana kedurhakaan seorang anak terhadap ibunya. Bagaimanakah kisahnya ? Berikut ini yaitu dongeng rakyat Batu Menangis dari Kalimantan.  

Legenda Batu Menangis

Alkisah pada jaman dahulu di sebuah desa kecil di pedalaman Kalimantan, hiduplah seorang janda renta bersama dengan seorang putrinya. Mereka hidup bersama dikarenakan telah ditinggal mati oleh sosok ayah, sehingga janda renta itu harus bekerja dengan sangat keras demi menghidupi dirinya dan putri satu – satunya itu.

Putri janda itu sangatlah elok jelita, sayangnya ia mempunyai perangai yang buruk. Dia tidak pernah mau bekerja membantu ibunya.  Sepanjang hari ia hanya sibuk berdandan. Bahkan ia selalu menuntut ibunya, dan kalau tidak di penuhi ia akan menangis. Namun, bagaimanapun juga perempuan itu sangat mencintai putrinya. 

Pada suatu hari, ia minta dibelikan sebuah baju gres kepada ibunya. Pada awalnya ibunya menolak, alasannya yaitu tidak mempunyai uang. Namun, anak itu terus menuntut ibunya dan menangis sejadi – jadinya. 

“Ibuu pokoknya saya mau dibelikan baju baru,” rengek anak itu.
“Tapi ibu tidak ada uang Nak, pakai saja pakaian usang mu," kata ibunya.
“Tidak mau, ibu harus mencari uang untuk membelikan ku baju baru,” tambahnya.

Akhirnya, janda renta itu harus membanting tulang lebih ulet lagi demi mendapat uang itu. Setelah beberapa hari bekerja, sekarang ia telah mengumpulkan uang itu. Dia pun merasa gembira, alasannya yaitu atas kerja kerasnya ia sanggup memenuhi ajakan putrinya.

Keesokan harinya ia mengajak putrinya pergi ke pasar untuk membelikannya baju baru. Betapa bahagia hati anaknya alasannya yaitu permintaannya di turuti, kemudian ia meminta ibunya untuk menunggu, sementara dirinya hendak bersolek terlebih dahulu. Setelah beberapa saat, ia keluar dari kamarnya dengan baju yang bagus dan dandanan yang cantik. Hal ini berbeda dengan penampilan ibunya yang hanya menggunakan pakaian kumal dan kotor. 

Advertisement
Kemudian, pergilah mereka berdua ke pasar yang jaraknya cukup jauh dengan berjalan kaki. Namun, ia tidak mau berjalan berdampingan dengan ibunya, sehingga anak itu berjalan sendirian, sementara ibunya ditinggal di belakang. Ketika hingga di pasar, kecantikan putri janda itu benar – benar menarik perhatian orang – orang yang ada di sekitarnya. Mereka memperhatikan gadis itu dengan secama alasannya yaitu tertegun dengan kecantikan dirinya. Namun, ketika mereka melihat seorang perempuan renta dibelakangya, mereka menjadi heran dan bingung. 

Anak gadis itu menyadari bahwa ia sedang diperhatikan oleh orang – orang. Dia pun bahagia dan mempercepat langkahnya alasannya yaitu ia aib kalau orang –orang mengetahuinya bahwa ia sedang berjalan dengan ibunya. Ketika ia melewati sekumpulan pemuda, ia ditegur oleh seseorang diantara mereka.

“Hey gadis, kamu sangat elok dengan pakaianmu itu. Tetapi siapakah gerangan perempuan renta de belakangmu itu? Apakah ia yaitu ibumu,” kata salah seorang diantara mereka.
“Bukan, ia bukan ibuku,” kata gadis itu mempercepat langkahnya meninggalkan ibunya di belakang. 

Mendengar perkataan anak gadisnya itu, ia sangat sedih. Namun, janda itu tetap memaafkan anaknya. Kejadian ini terus berlangsung, ketika ia melewati beberapa orang dan ia tetap menjawab bahwa perempuan itu bukanlah ibunya.

Hingga suatu saat, dirinya bertemu dengan seorang perjaka tampan. Dia pun menanyai hal yang sama dengan orang lain.

“Cantik, siapakah gerangan perempuan renta itu ? Apakah ia ibumu,” katanya.
Karena ia takut ketahuan, ia pun menjawab, “Bukan ia bukan ibuku, Dia hanya pembantuku saja. Mana mungkin perempuan secantik ku punya ibu yang buruk sepertinya,” 

Kali ini perempuan renta itu sudah tidak tahan lagi dengan perbuatan anaknya itu, Dia pun menangis dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

“Y tuhan, mengapa anakku begitu tega dengan diriku. Hamba tidak berpengaruh lagi dengan hinaan ini. Ya yang kuasa aturan saja dirinya,” kata perempuan itu sambil menangis. 

Tak beberapa usang sehabis itu, muncul abnormalitas pada diri anaknya. Perlahan – lahan badan bab bawahnya mengeras menjadi watu dan terus bergerak ke bab atas tubuhnya. Mengetahui keadaan ini, anak itu sadar dan menangis. Dia meratapi perbuatan dirinya itu. 

“Ohh ibu, ampunilah saya, saya tidak mau menjadi batu,” kata anak gadis itu sambil menangis dengan sangat keras. Tetapi semua itu telah terlambat, sekarang badan anak gadis itu telah membatu seluruhnya. Namun, watu itu terus mengeluarkan air mata hingga ketika ini. Orang – orang yang melihat insiden itu balasannya menamai watu itu watu menangis. 

Sumber http://www.kelasindonesia.com