Thursday, March 8, 2018

√ Legenda Dongeng Rakyat Cindelaras Terbaik

Legenda Cerita Rakyat Cindelaras Terbaik - Di bawah ini yaitu teladan salah satu kisah rakyat yang cukup terkenal di negeri ini, yaitu Cindelaras. Selamat membaca !


Legenda Cerita Rakyat Cindelaras

Pada jaman dahulu, di Kerajaan Jenggala, hiduplah seorang Raja yang berjulukan Raden Putra. Sang raja hidup dengan senang dengan ditemani oleh seorang permaisuri dan seorang selir. Sang permaisuri yaitu ratu yang baik dan bijak. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan selir raja yang jahat dan pendengki.

Pada suatu hari, Selir raja merencanakan sesuatu yang jahat untuk menyingkirkan permaisuri dari istana, sehingga ia sanggup menggantikan posisi ratu. Untuk melancarkan planning tersebut, ia menyusun planning dan berkomplot dengan seorang tabib istana.

Keesokan harinya, sang selir pura – pura sakit keras. Melihat keadaan selirnya, Raden Putra merasa khawatir. Dia pun memanggil tabib istana untuk mengobatinya.

“Tuanku, sakit yang diderita selir Tuan bukanlah sakit biasa, tetapi tampaknya ia telah diracun oleh seseorang,”  kata Tabib.

“Aku juga melihat bahwa sang ratu yang menunjukkan minuman yang beracun itu kepada selir Anda,” ia menambahkan.

Mendengar perkataan tabib tersebut, Sang raja menjadi murka. Dia tidak menyangka bahwa ratunya yang ia kenal yaitu seorang yang baik tega meracuni selirnya. Akhirnya sang raja memerintahkan patihnya untuk membawa sang ratu jauh ke dalam hutan dan membunuhnya di sana. Kemudian, berangkatlah patih membawa sang ratu ke hutan yang sangat jauh.

“Tenang saja Ratu, saya tahu bahwa ini yaitu perbuatan basi selir raja. Oleh alasannya itu, saya tidak akan membunuhmu,” kata sang patih sambil meninggalkan ratu di dalam hutan.

Untuk mengecoh sang raja, patih itu menggandakan janjkematian permaisuri dengan cara melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ia tangkap di hutan. Lalu, ia pun melapor kepada sang raja bahwa ia telah melakukan tugasnya itu. Mendengar informasi itu, selir raja sangat gembira. Hingga risikonya ia diangkat menjadi seorang ratu yang baru.

Waktu terus berlalu, sang ratu yang ditinggal di dalam hutan telah mempunyai seorang anak yang diberi nama Cindelaras. Cindelaras yaitu seorang anak laki – laki yang gagah dan tangkas. Dia telah berteman dengan seluruh hewan di hutan itu, semenjak ia masih kecil.

Pada suatu hari, dikala Cindelaras sedang bermain di dalam hutan, ia melihat Burung Rajawali menjatuhkan sebutir telur emas. Cindelaras yang mengetahui hal itu segera mengambil dan merawatnya untuk ditetaskan. Setelah tiga ahad berlalu, telur itu menetas menjadi seekor anak ayam. Dia pun merawat anak ayam itu dengan penuh rasa kasih sayang hingga risikonya menjadi seekor ayam hebat yang sangat gagah.

Ketika ayam hebat itu berkokok, Cindelaras sangat terkejut dengan kokokannya yang sangat berbeda dari ayam lainnya. Ayam jagonya itu akan berkokok, “Kukuruyukkk..  Tuanku yaitu Cindelaras . . . Rumahnya di tengah bantalan . . . Atapnya daun kelaras . .  . Ayahnya Raden Putra.” Cindelaras heran dengan kokokan ayamnya itu, kemudian ia pergi menemui ibunya.

Advertisement
“Ibu mengapa ayamku menyampaikan saya yaitu anak dari Raden Putra. Siapakah ia ibu ?” tanya Cindelaras kepada ibunya. Akhirnya ibu Cindelaras menceritakan semua asal – usul dirinya, termasuk insiden yang menimpanya hingga ia dikeluarkan dari istana. Cindelaras pun geram dengan insiden yang menimpa ibunya itu. Kemudian, ia meminta ijin kepada ibunya untuk pergi ke istana dan menemui ayahnya. 

Pada awalnya, ibunya tidak mengizinkannya. Namun sehabis dipaksa olehnya, Cindelaras mendapatkan ijin untuk menemui ayahnya. Pergilah ia ke istana dengan membawa ayam jagonya itu. Ketika ia melewati perkampungan warga, ia melihat sekumpulan orang – orang yang sedang mengadu ayam. “Hey anak muda, kamu membawa ayam yang sangat kuat, mari kita berkelahi dengan ayam milikku,” ajak salah seorang diantara mereka. 

Mendengar usul itu, Cindelaras menerimanya dan mengadu ayam hebat miliknya. Namun tidak membutuhkan waktu lama, ayam hebat Cindelaras mengalahkan semua hebat yang ada di desa itu. Kabar ini pun hingga ke indera pendengaran sang Raja dan mengundangnya ke istana.

Di istana, Sang Raja mengajak Cindelaras untuk mengadu ayamnya dengan milik sang Raja. 
“Hamba mendapatkan proposal Paduka. Asalkan, jikalau ayam hamba menang, maka hamba akan mendapatkan separuh kekayaan paduka,” kata Cindelaras.

“Baiklah, penawaran itu akan saya terima. Namun, jikalau kamu kalah, maka kamu akan saya aturan pancung,” kata sang raja.

Cindelaras pun tidak sanggup menolak lagi usul sang raja. Kemudian, mulailah pertarungan itu. Dengan ganas, ayam Cindelaras menghajar ayam sang raja hingga kalah. Melihat ayamnya kalah, Sang Raja pun tetap menepati janjinya tersebut.

“Aku akan menepati janjiku, wahai anak muda! Tapi siapakah gerangan dirimu ini ?” kata sang raja.
Tiba – tiba ayan Cindelaras berkokok, “Kukuruyukkk..  Tuanku yaitu Cindelaras . . . Rumahnya di tengah bantalan . . . Atapnya daun kelaras . .  . Ayahnya Raden Putra.”  

Semua hadirin yang berada di istana itu kaget, termasuk sang raja. Dia pun heran dan bertanya kepada Cindelaras, “Apakah benar apa yang dikatakan oleh ayammu itu?” 

“Benar Baginda, saya yaitu anakmu dari permaisuri yang kamu buang di dalam hutan,” kata Cindelaras.

“Tapi bukanya saya telah memerintahkan patihku untuk membunuhnya,” kata sang raja heran.
Patih raja pun tiba dan menceritakan semua kebenaran kepada sang raja, termasuk persekongkolan antara selirnya dengan tabib istana. Sang raja kemudian marah dan ia meminta untuk menghukum mereka berdua di tengah hutan.

Sang raja kemudian memeluk anaknya tersebut dengan erat. Kemudian, ia pun menjemput permaisurinya di hutan untuk kembali ke istana. Akhirnya mereka sanggup kembali bersatu menjadi keluarga yang senang di istana. 

Sumber http://www.kelasindonesia.com