Wednesday, March 28, 2018

√ Bagaimana Budaya Organisasi Diciptakan Dan Dilaksanakan



Penciptaan budaya organisasi merupakan suatu proses. Artinya tidak serta merta terbentuk meskipun semenjak semula pendirinya telah meletakkan fondasi budaya yang mungkin didasarkan filsafat hidupnya, pengalamannya, dan hasil-hasil yang pernah diraih dengan memakai budaya serupa.


Menciptakan budaya organisasi yaitu dengan upaya penanaman nilai-nilai budaya dalam manajemen atau adminnistrasi. Hal ini sanggup dilakukan dengan cara antara lain:



  1. Struktur organisasi yang benar sesuai dengan tuntutan/tujuan dan sebagai strategi.

  2. Melakukan manajemen secara horisontal, lebih banyak yang bersifat kerjasama/koordinasi.

  3. Memberikan pelayanan atas dasar taktik yang baik.

  4. Interaksi atau pergaulan atas dasar silih asih, asah dan asuh.

  5. Membuang budaya yang negatif dan memasukan nilai-nilai baru.

  6. Orientasi kerja pada peningkatan kualitas.

  7. Mengembangkan upaya kemitraan/partnership.

  8. Melakukan gaya kepemimpinan dengan keteladanan

  9. Manajemen/administrasi dengan melaksanakan penyempurnaan terus menerus.



Suatu budaya organisasi tidak begitu saja muncul. Sekali dibentuk, ia jarang sekali menghilang begitu saja. Kekuatan apa yang mensugesti penciptaan suatu budaya? Bagaimana pegawai gres mempelajari budaya organisasi mereka?


1.  Bagaimana sebuah budaya berawal

Kebiasaan pada dikala ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal ddari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita ke sumber utama dari budaya sebuah organisasi : para pendirinya!


Para pendiri organisasai secara tradisional memiliki imbas yang penting dalam pembentukan budaya awal organisasi. Merekla memiliki visi atau misi wacana bagaimana bentuk organisasi tersebut seharusnya. Mereka tidak dirintangi oleh kebiasaan-kebiasaan sebelumnya atau oleh ideologi. Ukuran kecil yang biasanya menjadi ciri setiap organisasi gres selanjutnya membantu para pendiri untuk menerapkan visi mereka pada anggota organisasi. Karena para pendiri tersebut yaitu orang-orang yang memiliki inspirasi awal, mereka juga biasanya memiliki bias wacana bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Budaya organisasi merupakan hasil dari interaksi antara (1) bias dan perkiraan para pendirinya dan (2) apa yang dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekerjakan oleh para pendiri, dari pengalaman mereka sendiri.


2.  Mempertahankan supaya sebuah Budaya tetap hidup

Sekali budaya itu ada, akan terdapat kekuatan-kekuatan dalam organisasi yang bertindak untuk mempertahankannya dengan cara memberiklan sejumlah pengalaman yang smaa kepada para pegawai. Ketiga kekuatan yang memainkan bab yang paling penting dalam mempertahankan sebuah budaya yaitu praktek seleksi oprganisasi, tindakan manajemen puncak, serta metode sosialisasi organisasi.


1)    Seleksi

Tujuan eksplisit dari proses seleksi yaitu untuk menemukan dan mempekerjakan individu yang memiliki pengetahuan, kepandaian dan kemampuan untuk berprestasi dalam pekerjaan-pekerjaan di organisasi dengan berhasil. Proses seleksimemberi informasi kepada para pelamar mengenai organisasi itu, dan bila mereka mencicipi konflik antara nilai mereka dengan nilai organisasi itu, mereka sanggup mengundurkan diri dari pencalonannya. Dengan demikian, proses seleksi tersebut mempertahankan budaya organisasi dengan menyaring individu yang mungkin akan menyerang atau mengacaukan nilai-nilai intinya.


2)    Manajemen puncak

Tindakan manajemen puncak juga memiliki imbas penting terhadap budaya organisasi. Para pegawai memperhatikan sikap manajemen, “seperti si A pada dikala itu ditegur, padahal pekerjaannya baik, hanya alasannya ia sebbelumnya tidak diminta untuk melakukannya atau si B dipecat alasannya ia di depan umum tidak 



setuju dengan pandangan perusahaan. Kejadian-kejadian tersebut kemudian dalam kurun waktu tertentu tetapkan norma-norma yang kemudian meresap ke bawah melalui organisasi dan memberitahukan apakah pengambilan resiko itu diinginkan atau tidak, berapa banyak kebebasan yang harus diberikan para manajer kepada para bawahannya, busana yang bagaimana yang cocok, tindakan apa yang akan memberi hasil, dalam hubungannya dengan kenaikan gaji, promosi, dan imbalan lainnya, dan sebagainya.


3)    Sosialisasi

Bagaimanapun sebaiknya sebuah organisasi melaksanakan rekrutmen dan seleksi, pegawai gres tidak akan sepenuhnya terindokrinasi pada budaya organisasi. Sebuah organisasi akan selalu mensosialisasikan setiap pegawai selama kariernya dalam organisasi.




Sumber https://www.asikbelajar.com