AsikBelajar.Com | Kadang-kadang ada sebagian kalangan yang menyatakan dengan ungkapan penuh kekaguman bahwa “orang itu mempunyai kharisma yang sangat tinggi”. Ungkapan itu sesungguhnya merupakan bentuk dari ketakjuban seseorang terhadap tokoh atau pribadi-pribadi publik yang dimunculkan lewat ungkapan yang tidak bisa dilukiskan secara detail “apa yang membuat menarik dari tokoh tersebut?”, “bagaimana pesona itu muncul?”, dan “kenapa aura itu muncul?”. Pertanyaan-pertanyaan wacana kharisma tersebut pada hakikatnya ialah untuk merasionalisasikan wacana fakta tersebut, akan tetapi pada kenyataannya fakta tersebut tidak akan bisa untuk dirasionalisasikan kecuali dalam bentuk ketakjuban seseorang terhadap kharisma tersebut.
Sebenarnya dari segi leksikal, kata “kharisma” berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti “berkat yang terinspirasi secara agung”, menyerupai kemampuan untuk melaksanakan keajaiban atau memprediksikan (forcesting) tragedi yang bersifat futuristik. Ada juga yang mengartikan keadaan atau talenta yang dihubungkan dengan kemampuan luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya; atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu (Tim Redaksi, 2002:509). Max Weber secara detail-komprehensif, menyerupai yang dikutip oleh Donna Ladkin menyatakan bahwa
the term “charisma” will be applied to a certain quality of an individual personality by virtue of which he is considered extraordinary and treated as endowed with supernatural, superhuman, or at least specifi cally exceptional powers or qualities. These are such as are not accessible to the ordinary person, but are regarded as of divine origin or as exemplary, and on the basis of them the individual concerned is treated as the ‘leader’ (Ladkin, 2010:76).
Model kepemimpinan kharismatik ini mempunyai daya tarik, energi dan pembawaan yang luar biasa untuk memengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang luar biasa jumlahnya (kuantitas) dan pengawal-pengawal (pengikut) yang sangat setia dan patuh mengabdi padanya tanpa ada reserve (kualitas) (Zazin, 2010:20). Dengan demikian, interaksi dari jenis kepemimpinan ini ialah lebih banyak bersifat informal, lantaran ia tidak perlu diangkat secara formal dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan pada dirinya sangat tinggi dan para pengikutnya pun memercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga ia sering dipuja dan dipuji bahkan hingga dikultuskan.
Jadi dengan dua indikator ini, kepemimpinan kharismatik secara nalar merupakan kepemimpinan yang luar biasa untuk “memengaruhi” orang lain tanpa nalar yang biasa, alasannya kharisma merupakan fakta tanpa nalar (Yulk, 2010:290-304), bersifat intuitif, dan misterius. Fenomena ini yang kemudian secara ilustratif dikatakan bahwa it’s the power, mysterious, unstoppableforce called… charisma… Breaking down charisma into its key ingredients –the ability to talk, to adapt, to listen, to speak, and to persuade… Using selfquizzes and power examples of charisma in action (Sica, 2006:488).
Ia dipercaya mempunyai kekuatan mistik (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang luar biasa (super human). Kenyataannya ia lahir lantaran mempunyai kelebihan yang bersifat psikis dan mental serta kemampuan tertentu, sehingga apa yang diperintahkannya akan dituruti oleh pengikutnya, dan terkadang tanpa memerhatikan rasionalitas dari perintah tersebut. Jika dilihat lebih jauh, maka akan muncul kesan “seakan-akan” antara pemimpin dan pengikutnya ada daya tarik yang bersifat kebatinan atau magic. Dan biasanya pemimpin yang demikian kemungkinan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri yang berpengaruh dan berkeyakinan teguh pada pendirian akan harapan mereka sendiri. Kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pemimpin untuk selalu memengaruhi bawahan, sedangkan rasa percaya diri yang berpengaruh dan keyakinan yang teguh pada harapan meningkatkan kepercayaan bawahan terhadap pendapat dan pertimbangan bawahan (Alessandra, 1998).
Adapun sikap kepemimpinan kharismatik adalah: a) Perilakunya dirancang untuk membuat kesan di antara para pengikutnya bahwa pemimpin tersebut ialah kompeten (memperlihatkan rasa percaya diri akan keberhasilan sebelumnya) untuk meningkatkan kesediaan para pengikut untuk patuh; b) Menekankan pada tujuan ideologis yang menghubungkan misi kelompok kepada nilai-nilai atau harapan serta aspirasi-aspirasi yang berakar dan mendalam yang dirasakan bersama oleh pengikutnya; c) Menetapkan suatu rujukan sikap mereka sendiri biar diikuti oleh pengikutnya. Peran yang demikian lebih dari sekadar imitasi terhadap sikap pemimpin, untuk memengaruhi biar bawahan puas dan termotivasi; d) Mengomunikasikan harapan-harapan yang tinggi wacana kinerja para pengikut dan mengekspresikan rasa percaya pada pengikut; dan e) Menimbulkan motivasi yang relevan bagi misi kelompok (Zazin, 2009:20-21).
Sumber:
Setiawan, Bahar A. dkk. 2013. Transformasional Leadership (Ilustrasi di Bidang Organisasi Pendidikan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal.21-24.
Sumber https://www.asikbelajar.com