Sunday, May 20, 2018

√ Tumpuan Cerpen Wacana Pengalaman Langsung Terbaru

Contoh Cerpen Tentang Pengalaman Pribadi Terbaru - Pernahkah menuangkan kisah pengalaman pribadi? Yuk ceritakan ibarat goresan pena berikut ini.

Peristiwa Itu Menyadarkanku

Langit pagi itu begitu cerah dan sejuk, ku lihat anak – anak kecil berlarian menuju sekolahnya. Saat itu saya sedang menunggu temanku dengan sedikit rasa cemas. “Dia bilang mau jemput jam 6 pagi ini,” Aku sedikit mengomel. Saat kulihat jam sudah membuktikan pukul 6.30 tak pelak saya semakin was – was dibuatnya.

“Maaf Dik, saya telat, tadi saya harus mengantarkan adikku ke sekolah dulu,” tiba-tiba panggilan itu memecah kekhawatiranku. Dia yakni Danang sahabat baikku.

“Yaudah gag apa-apa. Ayo kita udah terlambat,” jawabku yang pribadi menaiki motornya.

Seperti biasanya, pagi ini kami pergi ke kampus bersama, tetapi akhir motorku sedang rusak, saya meminta Danang untuk menjemputku. Jarak rumah kami dengan kampus memang cukup jauh sekitar 10 km. Sebenarnya saya tidak ada kelas sepagi ini, tetapi alasannya yakni Danang ada kelas jam 7 pagi. Aku harus pergi lebih awal dengannya.

“Aduhh, kira-kira sempat tidak ya?” gerutu Danang dengan cemas. Hari ini dosen yang mengajar Danang populer sangat galak dan disiplin. Aku tahu itu alasannya yakni beliau pun dosenku ketika saya di semester pertama. Dia tak segan-segan mengusir mahasiswanya yang terlambat tiba ke kelasnya.

“Hari ini kau ada kuliah Bu Barni, ya?”

“Iya, saya sudah dua kali tidak masuk kelasnya, dan ini yakni kesempatan terakhirku. Aku tidak mau mengulang kuliah beliau semester depan,” jawab Danang.

Danang memacu motornya dengan cepat. Dia meliuk-liuk mendahului kendaraan – kendaraan yang ada di depannya. Aku memintanya untuk sabar dan memelankan kendaraannya. Tetapi beliau tak mendengarkan saranku, dan terus menambah kecepatan motornya. Sudah setengah jam kira-kira kami berkendara. Danang tetap memacu motornya dan ketika kami melewati pasar, tiba – tiba ada sebuah sepeda motor yang hendak menyebrang, dengan sigap Danang membanting kemudinya ke arah kanan jalan untuk menghindari tabrakan. Tetapi nahas, ketika kami menghindar motor yang tengah menyebrang tersebut, sebuah kendaraan beroda empat pick up yang mengangkut buah – buahan muncul tiba – tiba dari arah depan. Brakkkkk! Tak pelak kami pun menghantam kendaraan beroda empat itu.

Sesaat sebelum ukiran itu, keadaan disekitarku menjadi gelap. Aku tak sanggup mencicipi apa – apa. Yang kurasa hanyalah sakit disekujur tubuhku. Lalu saya membuka mataku, ternyata saya tersangut di bab depan dan terjepit antara kendaraan beroda empat dan motor. Sedangkan Danang terpental dan kejang di tengah – tengah jalan raya. Sontak pasar itu semakin ramai, mereka mulai mengelilingi kami.

Sayup – sayup saya mendengar bunyi dari keramaian tersebut, “Jangan ada yang pegeng dulu, tunggu polisi datang”
Advertisement

“Aku yang melihat Danang sedang kejang, mencoba untuk bangun dan menolongnya sendiri. Namun, ketika saya hendak berdiri, saya mencicipi kaki kiriku tak sanggup digerakan. Ternyata kakiku patah. Kutarik kakiku dengan tangan untuk mengeluarkannya dari bawah mobil, kemudian ku seret badanku menuju Danang yang sedang tergeletak. Taka da satu pun yang berani menolong kami ketika itu. Hingga jadinya sebuah kendaraan beroda empat polisi datang. Orang – orang di sana jadinya menolong kami dan mengangkat tubuh kami ke atas mobil.

“Bawa mereka ke klinik cepat,” perintah salah seorang polisi kepada temannya.

Sesampainya di Klinik, kami diobati. Aku menerima 4 jahitan di tangan, Kaki kiriku diberi penyanggah kayu dan diperban. Aku pun melihat Danang yang pingsan di sampingku tengah sadar.

“Nang kau udah sadar,” tanyaku.

“Maaf Dik, ini semua salah gw,” jawabnya dengan penuh penyesalan.

Danang hanya mendapatkan jahitan pada tangan kanannya. Sedangkan saya harus mendapatkan kenyataan tulang kakiku patah. Setelah beberapa ketika orang renta kami datang, kami pun di bawa pulang ke rumah masing – masing.

Semenjak dari insiden itu, saya dirawat selam beberapa bulan. Aku tak boleh turun dari daerah tidur bahkan untuk buang air besar pun harus saya lakukan di atas daerah tidur. Selama masa penyembuhan saya dikunjungi oleh sahabat – temanku. Mereka cukup mengibur dan mengembalikan semangatku kembali. Tetapi sayangnya, diantara sahabat – sahabat yang tiba menjengukku. Tak pernah sekilpun ku lihat Danang. Padahal yang saya tahu beliau tak menerima luka yang cukup parah sepertiku. Bahkan beliau telah kembali ke kampus seminggu sesudah kejadiaan itu. Aku sangat kecewa dengan dirinya, sahabat yang selama ini saya anggap sebagai sahabat akrab ternyata tidak menemaniku bahkan untuk menanayai kabarku selama masa penyembuhan. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya mungkin beliau masih merasa bersalah atau mungkin beliau takut dengan orang tuaku.

Hingga ketika ini, ketika saya telah sembuh dari patah tulang itu, kami berdua tak pernah lagi bersama. Kami menjadi ibarat orang lain yang tak saling mengenal. Kalaupun bertemu kami hanya saling melemparkan senyum saja. Akibat dari kejadiaan itu, jadinya saya mengetahui apa itu persahabatan. Kini saya telah melanjutkan hidupku kembali ibarat biasa. Mencari seseorang sahabat yang sanggup saya percayai kembali. Namun, saya sadar saya harus lebih hati – hati lagi dan mengakibatkan insiden ini sebagai pengalaman yang berharga.

Sumber http://www.kelasindonesia.com