Sunday, February 25, 2018

√ Pendapat Hebat Ihwal Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap


Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap ialah penggabungan sekelompok siswa yang memiliki perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa (Franklin, 1967). Namun demikian selain definisi tersebut, ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade dengan multiage lantaran perbedaan tujuannya. Seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), bahwa istilah   multigrade di mana kelas yang berbentuk menyerupai itu akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di kelas tersebut tetap memakai kurikulum yang spesifik untuk tingkatan kelasnya sendiri dan demikian pula dengan tingkat kesukaran tesnya pun diadaptasi dengan tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, kelihatan bahwa kelas multigrade atau pembelajaran kelas rangkap model itu diadakan untuk alasan manajemen dan ekonomi. Seperti halnya yang terjadi di sekolah-sekolah kawasan terpencil di Indonesia banyak guru yang merangkap kelas lantaran memang tidak ada tenaga guru bukan lantaran tujuan atau alasan pendidikan. Lain halnya dengan istilah multiage yang mengacu pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja dicampur lantaran kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.

Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang ada di kawasan terpencil sampai bermetamorfosis pembelajaran kelas rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas pembelajaran di kelas. Bisa saja pembelajaran kelas rangkap yang dulu dilaksanakan masih berbentuk pengelolaan kelas tradisional di mana pengaturan tempat duduk seluruh siswa menghadap ke arah papan tulis di depan kelas, di mana guru dengan gampang sanggup mengontrol seluruh siswanya. Namun demikian, menyerupai diutarakan di atas, lantaran adanya pergeseran pemikiran sehingga muncul bentuk-bentuk gres pembelajaran kelas rangkap, menciptakan pengaturan tempat duduk di kelas menyebar. Berikut salah satu teladan pengaturan tempat duduk pada Pembelajaran Kelas Rangkap.

Lalu bagaimana dengan pengaturan pembelajaran kelas rangkap? Yates (2000) mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kelas rangkap, di mana para siswa bisa tinggal di kelas dengan satu guru dalam lebih dari satu tahun, menciptakan korelasi antara para siswa, guru, dan orangtua menjadi dekat. Mereka memiliki rasa percaya, rasa aman, dan lezat satu dengan yang lain, sehingga proses pembelajaran sanggup dilakukan dengan nyaman. Hal tersebut wajar, lantaran model pembelajaran kelas rangkap menyerupai itu di mana 2 atau 3 tingkatan ada dalam satu kelas dengan satu atau beberapa guru mengajar secara tim tidak mengenal istilah naik kelas atau tinggal kelas. Namun demikian, berdasarkan Suryan (2000) ternyata pendekatan pembelajaran kelas rangkap bisa digunakan untuk kelas tradisional, di mana hanya terdapat pembelajaran satu tingkatan kelas saja. Hal ini disadari bahwa bahwasanya pada kelas tradisional, juga berisikan para siswa yang memiliki aneka macam tingkatan kemampuan dan mungkin usia, sehingga esensi pembelajaran kelas rangkap tetap sanggup digunakan untuk kelas tradisional sehingga prinsip-prinsip pembelajaran kelas rangkap bisa diterapkan.

Terdapat beberapa alasan kenapa terjadinya pembelajaran kelas rangkap. Djalil dan Wardani (1997) menguraikan dalam modulnya bahwa pembelajaran kelas rangkap diharapkan lantaran alasan geografis, demografis, kurangnya guru, terbatasnya ruang kelas, dan adanya absensi guru di kelasnya lantaran sakit atau keperluan lainnya. Seperti juga yang dikemukakan Jones di atas, bahwa dahulunya pada sebelum tahun 1990-an, atau malahan bagi negara-negara menyerupai Indonesia, Mexico, India, bahkan Australia, masih banyak dijumpai sekolah yang hanya memiliki satu atau dua kelas saja yang digunakan gotong royong oleh para siswa dari aneka macam tingkatan kelas. Hal ini disebabkan tempat tinggal para siswa yang berjauhan sehingga demi efesiensi, pemerintah mustahil mendirikan sekolah yang hanya melayani beberapa siswa saja. Untuk itu didirikannya sekolah di suatu tempat dan siswa yang berjauhan tiba ke sekolah itu, dengan guru yang bisa melayani sejumlah kecil siswa dari aneka macam tingkatan kelas. Alasan lainnya, lantaran memang kesulitan mencari tenaga guru (tenaga guru kurang), sehingga pemerintah tidak bisa memenuhi kebutuhan para siswa di suatu kawasan tertentu dengan rasio jumlah guru yang seimbang. Alasan-alasan yang dipaparkan itu mulai tidak digunakan lagi untuk mengelola pembelajaran kelas rangkap (terutama di negara Barat, sedangkan beberapa negara di Asia, Amerika latin, dan Indonesia sampai sekarang masih memakai alasan tersebut untuk adanya pembelajaran kelas rangkap).

Seiring dengan adanya reformasi pada konsep-konsep pendidikan yang mendukung kepentingan perkembangan para siswa didik oleh para praktisi dan konseptor pendidikan, dikembangkanlah konsep-konsep gres wacana pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dengan berdasarkan pengembangan hasil riset untuk mencari alasan atau manfaat pendidikan yang sanggup diambil dari penerapan pembelajaran kelas rangkap. Dengan makin terbukanya pemikiran para eksekutif dan pembaharu-pembaharu pendidikan untuk mengeksplorasi manfaat dari pendekatan pengelolaan kelas ini, maka ditemukan laba pendidikan yang diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Ridgway dan Lawton (1969) mencatat bahwa, aspek utama dari manfaat penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini ialah terbangunnya iklim kekeluargaan dalam kelas. Mereka menemukan dengan pembelajaran kelas rangkap, para siswa bisa lebih merasa nyaman dan gampang mendapatkan perubahan acara dan pengalaman yang diberikan guru. Dasar lainnya dari digunakannya pembelajaran kelas rangkap menyerupai yang diutarakan Anderson dan Pavan (1993) bahwa, filosofi dasar dari pembelajaran kelas rangkap ialah terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai seorang yang unik dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan lainnya untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimum.



Sumber https://www.asikbelajar.com