Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan kegiatan yang berbeda.
Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri di ruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan kegiatan yang berbeda oleh satu guru. Pembelajaran Kelas Rangkap ialah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam ketika yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Alasan dilakukannya Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) tidak hanya alasannya faktor kekurangan guru. PKR juga sering diterapkan alasannya alasan letak geografis yang sulit dijangkau, ruangan kelas terbatas, kekurangan tenaga guru, jumlah siswa yang relatif sedikit, guru berhalangan hadir, atau mungkin faktor keamanan menyerupai di kawasan pengungsi.
Katz (1992), menegaskan bahwa kelas rangkap dilaksanakan tidak hanya alasannya alasan-alasan letak gegorafis, kekurangan murid, atau kekurangan tenaga guru, akan tetapi lebih dari itu ialah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan melalui fasilitasi yang tinggi bagi perkembangan dan potensi siswa. Oleh alasannya itu ia berbagi tiga jenis kelas rangkap dalam rangka pembelajaran; 1) Combined grades, 2) continuous progress, 3) mixed age/multiage grouping.
Model pertama Combine grades; atau juga dikatakan sebagai combined classess, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari satu tingkatan kelas anak. Membagi kelas menjadi beberapa bab sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk beberapa tingkatan atau hanya dua tingkatan. Tujuan utamanya ialah untuk memaksimalkan kemampuan siswa dan pemahaman lingkungan juga meningkatkan perilaku dan pengalaman dalam kelompok-kelompok umur yang berbeda.
Model kedua Continuous progrees; model ini berupa kelompok anak dengan pencapaian kurikulum yang tinggi dimana proses berguru mengajar melihat keberlanjutan pengalaman dan tingkat perkembangan anak, dalam model ini setiap anak berkesempatan untuk terus berkelanjutan dalam mengikuti setiap tingkatan kelas sesuai dengan usang sekolah, tujuannya ialah setiap anak berkesempatan untuk memperoleh laba dari perbedaan umur dan perbedaan perilaku dan kemampuan ketika berguru bersama.
Model ketiga mixed age/multiage grouping; dimana proses pembelajaran dan praktek kurikulum memaksimalkan laba dari berinteraksi dan berhubungan dari bermacam-macam umur. Dalam model ini grup dibentuk secara fleksibel atau proses re gruping anak dibentuk dalam kelompok umur, jenis kelamin, kemampuan, mungkin terjadi satu guru mengajar untuk lebih dari satu tahun.
Alasan dengan memakai model banyak sekali tingkatan umur ini multiage grouping ini adalah;
- Memberikan kesempatan kepada anak untuk berguru tanpa rasa takut dan salah.
- Siswa disediakan kegiatan dengan banyak sekali jenis.
- Dengan model ini memungkinkan anak sanggup berguru perihal aspek sosial, pemahaman perihal diri dan orang lain, kepercayaan diri dan konsep diri, partisipasi anak dalam kelompok, pada hasilnya sanggup meningkatkan kekerabatan sosial dan pertemanan.
- Tidak ada titik signifikansi antara kelompok umur.
Berbagai sumber
Sumber https://www.asikbelajar.com