Sunday, August 27, 2017

√ Populasi Dan Sampel

Populasi
Populasi yakni wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Kaprikornus populasi tidak hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekerdar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi mencakup seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Para hebat beropini mengenai populasi itu sendiri, yang diantaranya Sugiyono (1997 : 57) menawarkan pengertian bahwa populasi yakni wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Nazir (1983 : 372) menyampaikan bahwa populasi yakni berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya. Nawawi (1985 :141) menyebutkan bahwa populasi yakni totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap.
Diungkapkan oleh Nawawi (Margono, 2004: 118). Ia menyebutkan bahwa populasi yakni keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan batasan tersebut, populasi sanggup dibedakan berikut ini :
1.      Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang mempunyai batas kuantitatif secara terang lantaran memilki karakteristik yang terbatas. Misalnya 5.000.000 orang guru Sekolah Menengan Atas pada awal tahun 1985, dengan karakteristik; masa kerja 2 tahun, lulusan kegiatan Strata 1, dan lain-lain.
2.      Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak sanggup ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak sanggup dinyatakan dalam bentuk jumlah secara kuantitatif.  Misalnya guru di Indonesia, yang berarti jumlahnya harus dihitung semenjak guru pertama ada hingga kini dan yang akan datang.
Dalam keadaan ibarat itu jumlahnya tidak sanggup dihitung, hanya sanggup digambarkan suatu jumlah objek secara kualitas dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu, kini dan yang akan menjadi guru. populasi ibarat ini disebut juga parameter.
2.2  Jenis-Jenis Populasi
Macam-macam populasi dilihat dari penentuan sumber data :
a.       Populasi terbatas, yaitu populasi yang mempunyai sumber data yang terang batas-batasnya secara kuantitatif. Misalnya, jumlah murid SLTA di Surabaya pada tahun 2004 sebanyak 150.000 siswa terdiri dari 78.000 murid putra dan 72.000 murid putri.
b.      Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang mempunyai sumber data yang tidak sanggup ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karenya, luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya sanggup dijelaskan secara kualitatif. Misalnya, jumlah gelandangan di Indonesia. Ini berarti harus dihitung jumlah gelandangan di Indonesia dari tahun ke tahun, dan tiap kota. Tidak saja perhitungan terhadap jumlah gelandangan yang ada sekarang, tetapi juga dilakukan penafsiran jumlah gelandangan di waktu yang akan datang.

Macam-macam populasi dilihat dari kompleksitas objek populasi Margono (2004: 119-120) :
a.       Populasi homogen, yaitu keseluruhan individu yang menjadi anggota populasi, mempunyai sifat-sifat yang relative sama satu sama lainnya. Sifat populasi ibarat ini banyak dijumpai pada medan eksata, contohnya air. Ciri yang menonjol dari populasi homogen, tidak ada perbedaan hasil tes dari jumlah tes populasi yang berbeda. Maksudnya yakni tanda-tanda yang timbul pada satu kali percobaan atau tes merupakan tanda-tanda yang timbul pada seratus kali atau lebih tes terhadap populasi yang sama.
b.      Populasi heterogen, yaitu keseluruhan individu anggota populasi relative mempunyai sifat-sifat individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain bahwa individu anggota populasi mempunyai sifat yang bervariasi sehingga memerlukan klarifikasi terhadap sifat-sifat tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pada penelitian sosial, populasi heterogen menjadi tidak abnormal lagi dalam setiap penelitian. Hal ini disebabkan semua penelitian sosial berobjekkan insan atau gejala-gejala dalam kehidupan insan yang bersifat amat unik dan kompleks.

Selain pembedaan-pembedaan diatas, populasi juga sanggup dibedakan antara populasi sampling dan populasi sasaran. Misalnya, apabila kita mengambil rumah tangga sebagai sampel sedangkan yang diteliti hanyalah rumah tangga yang bekerja sebagai petan, maka keseluruhan rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling, sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi.

Menurut Margono (2004: 119) populasi sanggup dibedakan ke dalam hal berikut ini:
1.      Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian semoga hasil penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumus 25 tahun hingga dengan 40 tahun, kegiatan S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
2.      Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif sanggup dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang mempunyai karakteristik yang telah ditetapkan dalam populasi teoretis.

2.3  Sampel
Sampel yakni jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti mustahil mempelajari semua yang ada pada populasi, contohnya lantaran keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti sanggup memakai sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Sugiyono (2001: 56), Ia menyatakan bahwa sampel yakni sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti mustahil mempelajari semua yang ada pada populasi, contohnya lantaran keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti sanggup memakai sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
Sampel yang representatif yakni sampel yang benar-benar sanggup mewakili dari seluruh populasi. Jika populasi bersifat homogen, maka sampel sanggup diambil dari populasi yang mana saja, namun kalau populasi bersifat heterogen, maka sampel harus mewakili dari setiap penggalan yang heterogen dari populasi tersebut sehingga hasil penelitian dari sampel sanggup terpenuhi terhadap setiap anggota populasi.
Menurut Arikunto (2006:133) kita boleh mengadakan penelitian sampel bila subyek didalam populasi benar-benar homogen. Apabila subyek populasi tidak homogen, maka kesimpulannya dihentikan diberlakukan bagi populasi. Sebagai contoh populasi yang homogen yakni air teh dalam sebuah gelas. Kita ambil sampelnya sedikit dengan ujung sendok dan kita cicip. Jika rasanya manis, maka kesimpulan sanggup digeneralisasikan untuk air teh keseluruhan dalam gelas. Berarti kesimpulan bagi sampel berlaku untuk populasi.
Populasi atau sampel sanggup berupa makhluk hidup, ibarat manusia, hewan, tumbuhan dan sanggup pula berupa benda mati atau benda tak hidup, ibarat tanda-tanda alam, air, tanah, udara, nilai dan sebagainya. Populasi mempunyai aneka macam sifat, ibarat ada populasi yang homogen, bertingkat, berkelompok dan sebagainya. Oleh lantaran itu timbul pula aneka macam macam teknik pengambilan sampel.
Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel yakni sebagai penggalan dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan memakai cara-cara tertentu. Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1.      Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai jawaban dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2.      Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan aneka macam alasan. Nawawi (Margoino, 2004: 121) mengungkapkan beberapa alasan tersebut, yaitu:
1.      Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, intinya bersifat konseptual. Karena itu sama sekali mustahil mengumpulkan data dari populasi ibarat itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat besar, tidak mudah untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, misalnya.
a.   Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu  tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh lantaran itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
b.      Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
c.       Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak sanggup dilakukan pada seluruh populasi lantaran sanggup merusak atau merugikan. Misalnya, mustahil mengeluarkan semua darah dari badan seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga mustahil mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
d.      Masalah ketelitian
Masalah ketelitian yakni salah satu segi yang dibutuhkan semoga kesimpulan cukup sanggup dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini mencakup pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam melakukan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
e.       Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti; apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata lain penelitian sampel intinya akan lebih hemat daripada penelitian populasi.

2.4  Teknik Sampling
Teknik sampling yakni teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam penelitian, terdapat aneka macam teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling intinya sanggup dikelompokan menjadi dua yaitu :
a.       Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel yang menawarkan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini mencakup :
1)      Simple random sampling
Dikatakan simple (sederhana) lantaran pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi di anggap homogen. Anggota sampel dipilih secara acak dengan cara: pengundian memakai nomor anggota sebagai nomor undian, memakai table angka random (bilangan acak) menurut nomor anggota. Syarat Penggunaan Metode Simple Random Sampling: sifat populasi yakni homogen, keadaan anggota populasi tidak terlau tersebar secara geografis, harus ada kerangka sampling (sampling frame) yang jelas. Kebaikan dari teknik ini yakni mekanisme penggunaannya sederhana sedangkan kelemahannya yakni persyaratan penggunaan metode ini sulit dipenuhi.
Misalnya :
Populasi yakni siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan yakni sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205. Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.

Populasi yakni wilayah generalisasi yang terdiri atas  √ POPULASI DAN SAMPEL Populasi yakni wilayah generalisasi yang terdiri atas  √ POPULASI DAN SAMPEL
 


                                          Diambil secara
                                          random



2)      Proportionate stratified random sampling
Teknik ini dipakai bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional. Misalnya, populasi yakni karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel yakni 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga penggalan (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah :
Marketing       : 15
Produksi         : 75
Penjualan       : 35
Maka jumlah sample yang diambil menurut masing-masinng penggalan tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan
Marketing       : 15 / 125 x 95            = 11,4 dibulatkan 11
Produksi         : 75 / 125 x 95            = 57
Penjualan       : 35 / 125 x 95            = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut yakni 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya dipakai pada populasi yang diteliti yakni keterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh sampling.
3)      Disproportionate stratified random sampling
Teknik ini dipakai untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetap kurang proporsional. Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata menurut tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP    : 100 orang
SMA    : 700 orang
DIII     : 180 orang
S1        : 10 orang
S2        : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai sampel

4)      Cluster sampling (area sampling)
Teknik sampling kawasan dipakai untuk menentukan sampel bila ada obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik sampling ini dipakai melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel kawasan dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada kawasan itu secara sampling juga. Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi secara bergrombol (cluster). Dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi menjadi sub-populasi yang lebih kecil. Anggota dari sub populasi terakhir dipilih secara acak sebagai sampel penelitian
Contoh: Akan dipilih sampel penelitian untuk meneliti rata-rata tingkat pendapatan buruh bangunan diKodya Semarang. Kodya Semarang dibagi menjadi16 Kecamatan, dari 16 Kecamatan dipilih 2 Kecamatan sebagai Populasi dari sampling I. Dari 2 Kecamatan masing-2 dipilih 2 Kelurahan sebagai Populasi dari sampel II. Dari 2 Kelurahan masing-2 dipilih 50 buruh bangunan sebagai sampel penelitian.

b.      Nonprobability sampling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini mencakup :
1)      Sampling sistematis
Sampling sistematis yakni teknik pengambilan sampel menurut urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
2)      Sampling kuota
Sampling kuota yakni teknik untuk menentukan  sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu hingga jumlah (kuota) yang digunakan. Metode menentukan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau quota yang diinginkan. Contoh: Akan diteliti mengenai manfaat penggunaan internet pada peningkatan kualitas proses berguru mengajar pada mata kuliah tertentu, Peneliti menentukan quota untuk masing-masing sampel:
Jumlah mahasiswa = 50 orang
Jumlah dosen = 5 orang
Jumlah mata kuliah = 3 matakuliah
Sehingga diperoleh 150 mahasiswa dan15 dosen sebagai sampel penelitian untuk 3 mata kuliah yang  memanfaatkan internet dalam proses berguru mengajarnya
Kelebihan : Praktis dan cepat digunakan
Kelemahan: Penentuan sampel cenderung subyektif bagi peneliti
3)      Sampling insidental
Sampling insidental yakni teknik penentuan sampel menurut kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti sanggup dipakai sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Metode pengambilan sampel dengan menentukan siapa yang kebetulan ada atau dijumpai. Contoh: Akan diteliti mengenai minat ibu rumah tangga berbelanja diswalayan peneliti menentukan sampel dengan menjumpai ibu rumah tangga yang kebetulan berbelan jadi suatu swalayan tertentu untuk dimintai pendapat atau motivasinya. Kelebihan : Praktis dan cepat digunakan. Kelemahan: Jumlah sampel mungkin tidak representative lantaran tergantung hanya pada anggota sampel yang ada pada ketika itu.
4)      Sampling purposive
Sampling purpusive yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
5)      Sampling jenuh
Sampling jenuh yakni teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dipakai sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin menciptakan generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh yakni sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
6)      Snowball sampling
Snowball sampling  yakni teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi lantaran dengan dua orang ini belum merasa  lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tau dan sanggup melengkapi data yang diberikan oleh orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multi level). Sampel awal ditetapkan dalam kelompok anggota kecil. Masing-masing anggota diminta mencari anggota gres dalam jumlah tertentu. Masing-masing anggota gres diminta mencari anggota gres lagi. Kelebihan : Praktis digunakan. Kelemahan: Membutuhkan waktu yang lama. Contoh: Akan diteliti mengenai pendapat mahasiswa terhadap pemberlakuan kurikulum gres di Gunadarma, sampel ditentukan sebesar 100 mahasiswa, peneliti menentukan sampel awal 10 mahasiswa. Masing-masing mencari 1 orang mahasiswa lain untuk dimintai pendapatnya. Dan seterusnya hingga diperoleh sampel dalam jumlah 100 mahasiswa.

2.5  Menentukan Ukuran Sampel
Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi yakni sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Kaprikornus bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil secara sama dengan jumlah populasi  tersebut yaitu 10000 orang makin besar jumlah sampel mendekati populai, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Jumlah anggota sampel yang paling sempurna dipakai dalam penelitian tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang dibutuhkan dan sebaliknya, makin kecil tingkat kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang dibutuhkan sebagai sumber data.
Untuk menentukan sampel dari populasi dipakai perhitungan maupun contoh tabel yang dikembangkan para ahli.  Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik yakni 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel minimum yakni 100. Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) menawarkan contoh umum untuk menentukan ukuran sampel :
  1.  Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 yakni sempurna untuk kebanyakan penelitian
  2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori yakni tepat
  3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
  4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses yakni mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 hingga dengan 20
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya yakni 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan yakni semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

2.6  Cara Mengambil Ukuruan Anggota Sampel
Ada dua tenik sampling yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling yakni teknik sampling yang memberi peluang sama kepadaanggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Cara demikiam sering disebut random sampling atau cara pengambilan sampel secara acak.
Pengambilan sampel secara acak sanggup dilakukan dengan bilangan random, komputer maupun undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasui diberi nomor terlebih dahulu sesuai dengan jumlah anggota populasi.
Kearena teknik pengambilan sampling yakni random, maka setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi 1/1000. Dengan cara demikian pengambilannya bila nomor satu telah diambil maka perlu dikembalikan kembali, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang berikutnya menjadi 1 : (1-1000) = 1/999. Peluang akan semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.

2.7  Rumus-Rumus Pengambilan Sampel Penelitian
Banyak rumus pengambilan sampel penelitian yang sanggup dipakai untuk menentukan jumlah sampel penelitian. Pada prinsipnya penggunaan rumus-rumus penarikan sample penelitian dipakai untuk mempermudah teknis penelitian. Sebagai misal, bila populasi penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu dimaksudkan untuk memperkecil jumlah pengambilan sampel atau mempersempit wilayah populasi semoga teknis penelitian menjadi lancar dan efisien.Contoh-contoh mudah pengambilan sampel yang paling banyak dipakai dalam penelitian yakni sebagai berikut :
a.     Rumus Slovin

di mana :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian lantaran kesalahan pengambilan sampel
yang masih sanggup ditolerir atau diinginkan, contohnya 10%.

Untuk memakai rumus ini tentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan presentase. Semakin besar toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti mempunyai akurat hingga 95%.
Contoh :
Sebuah perusahaan mempunyai 1000 karyawan dan akan dilakukan survei dengan mengambil sampel. Berapa sampel yang dibutuhkan apabila batas toleransi kesalahan 5% :
Jawab :
n = N ( 1 + N e2 )
= 1.000  (1 + 1.000 x 0,05 x 0,05) 
           = 285,714 orang dibulatkan menjadi 286 orang.

Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan yakni 286 karyawan




b.      Rumus Issac dan Michael

Populasi yakni wilayah generalisasi yang terdiri atas  √ POPULASI DAN SAMPEL
dimana :
s = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
λ2 = Chi Kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
d = 0,05
P = Q = 0,5
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael menawarkan fasilitas penentuan jumlah sampel menurut tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti sanggup secara pribadi menentukan besaran sampel menurut jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki.
TABEL PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU
DENGAN TARAF KESALAHAN, 1, 5, DAN 10 %








N
Siginifikasi
N
Siginifikasi
1%
5%
10%
1%
5%
10%
10
10
10
10
280
197
155
138
15
15
14
14
290
202
158
140
20
19
19
19
300
207
161
143
25
24
23
23
320
216
167
147
30
29
28
28
340
225
172
151
35
33
32
32
360
234
177
155
40
38
36
36
380
242
182
158
45
42
40
39
400
250
186
162
50
47
44
42
420
257
191
165
55
51
48
46
440
265
195
168
60
55
51
49
460
272
198
171
65
59
55
53
480
279
202
173
70
63
58
56
500
285
205
176
75
67
62
59
550
301
213
182
80
71
65
62
600
315
221
187
85
75
68
65
650
329
227
191
90
79
72
68
700
341
233
195
95
83
75
71
750
352
238
199
100
87
78
73
800
363
243
202
110
94
84
78
850
373
247
205
120
102
89
83
900
382
251
208
130
109
95
88
950
391
255
211
140
116
100
92
1000
399
258
213
150
122
105
97
1100
414
265
217
160
129
110
101
1200
427
270
221
170
135
114
105
1300
440
275
224
180
142
119
108
1400
450
279
227
190
148
123
112
1500
460
283
229
200
154
127
115
1600
469
286
232
210
160
131
118
1700
477
289
234
220
165
135
122
1800
485
292
235
230
171
139
125
1900
492
294
237
240
176
142
127
2000
498
297
238
250
182
146
130
2200
510
301
241
260
187
149
133
2400
520
304
243
270
192
152
135
2600
529
307
245

c.       Dengan rumus Yamane (Rakhmat, 1999:82)                                    
N
n    =   
N.d² + 1
Keterangan:
n    =    Jumlah Sampel
N   =    Jumlah Populasi
d    =    Derajat ketetapan

Contoh:
Dilakukan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 207 Jakarta Barat. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini ialah keseluruhan siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 207 Jakarta Barat dengan jumlah sebanyak 150 orang. Maka jumlah sampel yang harus dipilih menurut rumus Yamame dengan derajad ketetapan 5%, yaitu sebagai berikut :
N
n    =   
N.d² + 1
150
n    =   
150.(0,05)² + 1
150
n    =   
1,375
n    =  109,09 dibulatkan 109

Jadi besarnya sampel yang dipilih sebanyak 109 orang.







Sumber http://lauraerawardani.blogspot.com