AsikBelajar.Com | Ini pengalamanku yang benar-benar unforgetable. Pengalaman ini terjadi di tahun 2008 kemudian ketika kami menangani project di Bengalon Kalimantan Timur. Suatu dikala saya mengadakan survey udara untuk daerah yang akan kami kelola. Dan dikala itu, saya sebagai pembuat perencanaan jalur terbang dan hal lain perihal survey tersebut, saya harus “membawa” helikopter ke menjemput timku yang ada (lagi nunggu) di base camp di Bengalon.
Saat di Balikpapan, saya dikenalkan dengan seorang pilot helikopter yang berjulukan Kapten Anang. Kapten Anang orangnya masih muda. Kira-kira dikala itu kami masih seumur. Dia lulusan sekolah pilot dari Amerika Serikat. Dia juga gres datang di Balikpapan yang tinggal di Jakarta. Ternyata pilotku yakni tenaga yang dikontrak PT. NUH (PT. National Utility Helicopters) yaitu heli yang akan saya gunakan untuk air survey.
Pengalaman yang Kedua
Pertama kali naik helikopter ketika membawa tim dinas kehutanan provinsi Papua pulang dari Asiki ke Merauke. Saat itu kami memakai helibelt milik Tentara Nasional Indonesia AU.
Nah, pengalaman kedua terjadi dikala tim kami memgerjakan project di Kalimantan Timur. Kami menerima kontribusi 1 buah helikopter, jadi penggunaannya lebih bebas.
Saat Pegang (Nyentuh) Awan
Aku dan Kapt. Anang berangkat dari bandara Sempinggan Balikpapan. Heli yang kugunakan survey kira-kira cukup untuk 5 (lima) orang penumpang. 2 orang di depan, 3 orang di belakang. Mirip kendaraan beroda empat sedan yah…heee.
Kami berangkat bersama 1 (satu) orang mekanik. Makara kami dari Balikpapan cuma bertiga saja menuju Bengalon. Aku sempat tanyakan kepada Kapten Anang kenapa harus bawa mekanik ? Katanya itu yakni SOP yang harus dipenuhi setiap heli itu turun dan harus dicek. Sedangkan acara survey nanti ada beberapa kali harus landing (turun), kemudian terbang lagi.
Begitu pemberitahuan ijin terbang dari pihak bandara sudah diterima pilot Anang, akupun mengikutinya menuju hanggar heli yang sudah dinantikan mekanik dengan memakai mobil.
Saat di dalam cockpit, saya menunjukkan data koordinat camp tempat landing di Bengalon. Kapten Anang memasukkan koordinat tersebut pada GPS Garmin yang ada di heli. Setelah semua siap untuk terbang, maka kamipun segera takeoff menuju Sangatta, tepatnya di Bangalon.
Saat terbang dipertengahan jalan, Kapten Anang berbicara dengan saya via Headset. “Mas Agus, inilah yummy jadi pilot heli dibanding pilot Jet dan komersial lain” begitu Kapten Anang memulai pembicaraannya dengan aku. “Betul Kapt” saya jawab singkat. Oya, sebagai Co-Pilot dadakan, saya juga mendengar semua pembicaraan Kapten Anang dengan pihak Tower Bandara, termasuk lainnya. “Ada yang tidak sanggup dilakukan pilot, selain pilot heli” Kapten Anang melanjutkan pembicaraannya. “Apa tuh Kapt” tanya Aku penasaran. “Pilot heli sanggup pegang awan” katanya. “Nanti kita cari awan yang akan kita pegang ya”…”Mas Agus buka jendela kecil sebelah kiri”..”Keluarkan tangan mas Agus”..”Rasakan sensasinya”..begitu panduan operasional singkat Kapten Anang kepadaku via Headset.
“Nah, kita siap-siap memasuki awan yang ada di depan kita” perintah Kapten Anang kepadaku. “Siap…dan buka jendela kecil dan keluarkan tangan ibarat ini” Kapten Anang memberi contoh. Dan akupun sesegera mungkin melakukannya. Dan rasa mimpi. Beberapa dikala saya sanggup menyentuh awan yang terasa lembut namun ternyata tanganku BASAH. Ya, tanganku basah. Padahal awan yang kita masuki berwarna putih dan tidak kehitam-hitaman kaya ibarat mau hujan.
Setelah beberapa usang kemudian, kamipun landing di basecamp Bengalon untuk menjemput tim air survey lainya yang berjumlah 3 (tiga) orang.
Hemmm…terima kasih Kapten Anang atas pengalamannya menyetuh awan bersamamu.
Sumber https://www.asikbelajar.com