Wednesday, March 7, 2018

√ Legenda Dongeng Rakyat Rawa Pening Terbaru

Legenda Cerita Rakyat Rawa Pening Terbaru - Di tempat Jawa Timur ada sebuah dongeng rakyat yang mengisahkan perihal terjadinya Rawa Pening. Berikut ini yakni kisahnya.

Legenda Cerita Rakyat Rawa Pening

Pada Jaman dahulu kala, hiduplah seorang naga yang sangat sakti yang berjulukan Baru Klinting. Ketika ia tengah bersemedi di dalam hutan, Baru Klinting ditemukan oleh orang – orang Desa Ngebel yang sedang melaksanakan perjalanan untuk mencari hewan sebagai materi santapan mereka di desa. Tanpa pikir panjang lagi, seluruh warga desa membunuh Baru Klinting dan memotong – motong tubuhnya untuk diambil bab dagingnya dan di bawa ke desa.

Sesampainya di desa, mereka mengadakan pesta yang sangat besar selama 3 hari 3 malam. Seluruh warga desa menghadiri program itu dan menyantap daging Baru Klinting yang sudah dimasak sebelumnya. Namun, ada satu warga yang tidak menghadiri dan menyantap daging Baru Kliting. Dia yakni seorang nenek bau tanah yang berjulukan Nyai Latung.

Pada hari ke 3 pelaksanaan pesta itu, muncullah seorang anak laki – laki. Dia terlihat sangat kotor dan tidak terawat, sehingga ia terlihat menyerupai pengemis. Kemudian ia berjalan menyusuri desa itu dengan perut yang sangat kelaparan. Dia ketuk semua pintu rumah warga desa itu untuk meminta makanan, tetapi tidak ada satu pun yang membukakan pintunya, bahkan ada sebagian warga desa yang mengusirnya dengan kasar.

Meskipun begitu, ia tidak berputus asa, hingga kesudahannya ia datang di sebuah rumah yang telah reyot milik Nyai Latung.

“Permisi Nek, saya sangat lapar. Apakah Nenek dapat memberi ku kuliner ?” pinta anak itu. Nyai Latung yang merasa iba dengan anak itu pun menjawab, “Tapi nenek hanya ada nasi tanpa lauk.”
“Tidak apa Nek, saya akan menerimanya dengan bahagia hati,”  jawab anak itu.

Kemudian Nyai Latung memberi anak itu sepiring nasi untuk dimakan olehnya. Lantas dengan segera anak itu memakan nasi tersebut dengan sangat lahap. Saat ia telah selesai makan, Nyai Latung menanyakan ia perihal asal - usulnya.

“Aku yakni seorang pengembara. Aku tidak mempunyai orang tua, apalagi sudara,” jawab anak itu.
“Kalau begitu, tinggal saja dengan nenek di sini,” kata Nyai Latung membujuk anak itu.

Advertisement
“Maaf, Aku tidak dapat Nek, Aku harus melanjutkan perjalananku ini. Namun, sebelum saya pergi, saya akan memberi pelajaran kepada seluruh warga di sini. Sebagai tanda terimakasih Ku untuk Nenek, saya akan menawarkan Nenek sebuah lesung, dan kalau nanti terdengar suara kentongan di mana – mana, segeralah Nenek naik ke atas lesung ini.” terang anak itu kepada Nyai Latung.

Anak itu melanjutkan perjalanannya, dan menuju ke lapangan di desa tempat para warga tengah berkumpul. Kemudian, ia menyampaikan kepada penduduk desa itu bahwa di desa ini tidak ada yang lebih besar lengan berkuasa dibanding dirinya. Sontak saja semua warga desa murka dan berkumpul di tengah anak itu.

“Hey kau anak kecil. Berani sekali kau menyampaikan itu. Awas kau nanti akan ku hajar,” kata seseorang di antara mereka. “Jika kalian memang kuat, maka cabutlah lidi ini dari tanah,” kata anak itu.

Lantas anak itu menancapkan sebatang lidi ke dalam tanah dan mempersilakan mereka untuk mencobanya. Satu persatu, warga desa itu bergantian untuk mencabutnya. Pria, wanita, anak – anak maupun orang pintar balig cukup akal telah berusaha untuk mencabut lidi tersebut dan ternyata tak seorang pun yang bisa.

“Lihatlah, memang tidak ada satu pun orang yang besar lengan berkuasa di desa ini,” ejek anak itu.
“Sialan kau, Coba saja sendiri cabut lidi itu. Apakah kau juga dapat melakukannya,” kata mereka.

Dengan segera anak itu mencabut lidi yang ia tancapkan di dalam tanah, kemudian keganjilan mulai terjadi di tempat itu. Lubang bekas tancapan lidi itu mengeluarkan air yang cukup deras. Pada awalnya mereka bahagia alasannya di desa mereka muncul sumber mata air. Namun, air itu tidak mau berhenti dan semakin deras membanjiri desa itu dengan sangat cepat. Kepanikan pun terjadi di mana – mana. Nyai Latung yang mendengar suara kentongan itu segera naik ke atas lesung tunjangan anak itu.

Benar saja, tidak butuh waktu usang air itu telah menenggelamkan desa dan seluruh penduduknya, kecuali Nya Latung yang berhasil selamat berkat pertolongan anak itu. Anak laki – laki misterius itu ternyata yakni jelmaan Baru Klinting yang telah mereka bunuh sebelumnya, kemudian ia menghilang entah kemana. Kini desa itu menjadi sebuah rawa yang disebut dengan rawa pening di tempat Jawa Tengah.  

Sumber http://www.kelasindonesia.com