A. Penyusunan Instrumen Non-Tes
Teknis nontes yaitu suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu wacana keadaan akseptor tes (Inggris: testee) dengan tidak memakai tes. Hal ini berarti bahwa tanggapan yang diberikan oleh akseptor tes tidak bisa dikategorikan sebagai tanggapan benar atau salah sebagaimana interpretasi tanggapan tes. Dengan teknik nontes maka penilaian atau penilaian hasil berguru akseptor didik dilakukan tanpa “menguji” akseptor didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu.
Teknik penilaian nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak memakai tes. Sedangkan teknik penilaian non tes tulis maksudnya yaitu bentuk penilaian non tes yang berbentuk goresan pena atau non lisan.
Adapun berdasarkan Hasyim, ”Penilaian non test yaitu penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara eksklusif dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.
Penilaian yang dilakukan dengan teknis nontes terutama bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penilaian hasil berguru akseptor didik dari segi ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah ketrampilan (psychomotoric domain). David Krathwohl (1974), sebagaimana dikutip Anas Sudijono (2005 : 54) berbagi taksonomi mengenai ranah afektif ini dengan membaginya kedalam lima jenjang yaitu : receiving (menerima), responding (merespon), valuing (menilai atau memaknai), organization (mengorganisasi) dan (characterization by a value or value complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau nilai yang kompleks).
Kemampuan psikomotor (psychomotoric domain) yaitu kemampuan yang bekerjasama dengan gerak yaitu kemampuan dalam memakai otot-otot ibarat berjalan, lari, melompat, berenang, melukis, membongkar dan memasang peralatan dan lain sebagainya. Dalam dunia psikologi, kemampuan psikomotor dibagi kedalam lima tingkatan yaitu gerak refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan trampil dan komunikasi nondiskursip (Sax, 1980: 76).
B. Teknik Penyusunan Non Tes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh citra terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada ketika menentukan siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus diadaptasi dengan kompetensi yang diukur, aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap, kemampuan siswa yang akan diukur, sarana dan prasarana yang ada.
Dalam dunia pendidikan teknik nontes yang sering digunakan yaitu pengamatan (observasi), dan terkadang, seorang guru juga memakai wawancara. Dalam penelitian-penelitian sosial, teknik nontes biasanya juga digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan obyek penelitian. Teknik nontes yang sering digunakan dalam penelitian-penelitian sosial penelitian yaitu kuesioner. Dibawah ini yaitu jenis-jenis penelitian non tes :
a. Pengamatan (Observasi)
Secara umum, pengertian observasi yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk menilai tingkah laris individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang sanggup diamati, baik dalam situasi yang bekerjsama maupun dalam situasi buatan. Observasi sanggup mengukur atau menilai hasil dan proses berguru : contohnya tingkah laris akseptor didik pada waktu guru pendidikan agama memberikan pelajaran di kelas, tingkah laris akseptor didik pada jam-jam istirahat atau pada ketika terjadinya kekosongan pelajaran, sikap akseptor didik pada ketika sholat jamaah di mushola sekolah, ceramah-ceramah keagaaman, upacara bendera, ibadah shalat tarawih dan sebagainya.[1]
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya secara langsung, secama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat sikap dan insiden yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Berikut ini beberapa karakteristik dari observasi yaitu mempunyai tujuan, bersifat ilmiah, terdapat aspek yang diamati, praktis
Menurut Moleong (2005 : 176) pengamatan sanggup dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperanserta dan tidak berperanserta. Dalam pengamatan yang tidak berperanserta, seseorang hanya melaksanakan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperanserta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati.
Pengamatan sanggup pula dibagi atas pengamatan terbuka dan tertutup. Terbuka bila obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka sedang diamati dan sebaliknya. Selain itu pengamatan juga dibagi pada latar alamiah (pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan terstruktur). Pengamatan ini biasanya sanggup dilakukan pada eksperimen. Dalam pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain, telah ditetapkan sebelum kegiatan pengamatan dilaksanakan. Oleh lantaran itu, kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan ibarat yang telah ditetapkan semenjak semula. Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melaksanakan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya eksklusif dicatat. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku siswa dalam keadaan ibarat itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak dibuat-buat.
Teknik pengamatan bila dilakukan untuk melihat apakah perbuatan siswa sudah benar atau tidak sanggup dikategorikan sebagai teknik tes. Misalnya bila dalam praktek olahraga seorang guru akan melihat apakah cara melempar lembing seseorang sudah sesuai dengan teori atau tidak, maka pengamatan jenis ini terkategori sebagai teknik tes. Tetapi bila pengamatan dilakukan terhadap aspek afektif ibarat cara seorang siswa bersikap terhadap guru, menjaga kebersihan, perhatian terhadap tugas-tugas sekolah dan sebagainya, maka teknik ini termasuk teknik nontes. Pengamatan/observasi yaitu teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan memakai indera secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara memakai instrumen yang sudah dirancang sebelumnya.
Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Matematika:ketelitian;
§ kecepatan kerja;
§ kerjasama;
§ kejujuran.
Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Bahasa Indonesia
§ kerapian dan kebenaran tulisan;
§ kesantunan berbahasa;
§ kecermatan berbahasa.
Contoh aspek yang diamati pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan;
§ kedisiplinan;
§ tanggung jawab;
§ kerjasama;
§ inisiatif;
§ toleransi;
§ kebersihan dan kerapihan.
Alat/instrumen
Untuk penilaian melalui pengamatan sanggup memakai skala sikap dan atau angket (kuesioner).
Skala sikap
Skala sikap yaitu alat penilaian hasil berguru yang berupa sejumlah pernyataan sikap wacana sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, contohnya skala tiga, empat atau lima. Pengembangan skala sikap sanggup mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya contohnya sikap terhadap kebersihan.
2) Memilih dan menciptakan daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, gampang dipelajari dan sebagainya.
3) Memilih kata sifat yang sempurna dan akan digunakan dalam skala.
4) Menentukan skala dan penskoran.
Contoh :
Penilaian skala sikap terhadap kebersihan.
No | Pernyataan | Skala | ||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
1. | Rumah sebaiknya dirawat kebersihannya setiap hari | |||||
2. | Kebersihan rumah menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga | |||||
3. | Ruang kelas perlu dijaga kebersihannya setiap hari | |||||
4. | Kebersihan ruang kelas menjadi tanggung jawab setiap anggota kelas | |||||
5. | Setiap siswa sebaiknya melaksanakan kiprah piket dengan penuh rasa tanggung jawab | |||||
6. | Anak yang lalai melaksanakan kiprah piket harus menggantinya pada waktu lain | |||||
7. | Ketua kelas tidak perlu melaksanakan kiprah piket lantaran sudah bertugas mengatur kegiatan kelas |
Keterangan :
1. sangat tidak baiklah
2. tidak baiklah
3. kurang setuju
4. setuju
5. sangat setuju
Sama halnya dengan instrument penilaian yang lain,obsevasi mempunyai beberapa kelemahan dan kelebihan yaitu:
a) Kelemahan:
1. Pelaksanaannya sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun observi.
2. Masalah yang sifatnya pribadi sulit diamati.
3. Apabila memakan waktu lama, akan mengakibatkan kejenuhan.
b) Kelebihan:
1. Observasi cocok dilakukan untuk aneka macam macam fenomena.
2. Observasi cocok untuk mengamati perilaku.
3. Banyak aspek yang tidak sanggup diukur dengan tes tetapi bisa diukur dengan observasi.
b. Wawancara/Interview
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melaksanakan tanya jawab verbal secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian nontes yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu wacana keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak lantaran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab. Maksud diadakan wawancara sebagaimana dikutip Moleong dari Lincoln dan Guba (1985 : 266) antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.[2]
Ada banyak pembagian wawancara yang dilakukan para ahli. salah satu diantaranya yaitu membagi wawancara kedalam dua bentuk yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Yang dimaksud wawancara terpimpin yaitu suatu kegiatan wawancara yang pertanyaan-pertanyaan serta kemungkinan-kemungkinan jawabannya itu telah dipersiapkan pihak pewawancara, responden tinggal menentukan tanggapan yang sudah dipersiapkan pewawancara. Sebaliknya dalam wawancara bebas, responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pewawancara sesuai dengan pendapatnya tanpa terikat oleh ketentuan-ketentuan yang telah dibentuk pewawancaranya. Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara yaitu sebagai berikut:
a) Kelemahan:
1. Jika subjek yang ingin diteliti banyak maka akan memakan waktu yang banyak pula.
2. Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
3. Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun penanya.
b) Kelebihan:
1. Dapat memperolehinformasi secara eksklusif sehingga objectivitas sanggup diketahui.
2. Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
3. Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan personal
c. Kuisioner
Angket atau kuisioner juga sanggup digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilai atau evaluator berhadapan secara eksklusif (face to face) dengan akseptor didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan memakai angket pengumpulan data sebagai materi penilaian hasil berguru jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya; apalagi bila pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memperlihatkan tanggapan yang diperkirakan akan melegakan atau memperlihatkan kepuasan kepada pihak penilai.
Kuesioner merupakan bentuk lain dari teknik nontes. Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal menentukan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sedangkan kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang jawabannya belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang beliau rasakan. Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner yaitu dalam kuesioner tidak ada tanggapan benar atau salah. Angket yaitu alat penilaian hasil berguru yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi wacana sesuatu, contohnya wacana latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain-lain.[3]
Contoh angket yaitu sebagai berikut :
Nama : ………………………..
Kelas : ………………………..
Petunjuk Pengisian angket!
Pilihlah salah satu tanggapan yang sesusai dengan Anda dengan memberi tanda silang (X) pada karakter a, b, c atau d.
1. Air minum di keluargamu berasal dari ....
a. sumur
b. kemasan
c. hujan
d. sungai
2. Air mandi di keluargamu berasal dari ....
a. sumur
b. kemasan
c. hujan
d. sungai
3. Buku dan alat tulismu disiapkan oleh ....
a. orang tua
b. pembantu
c. kakak
d. saya sendiri
4. Tempat tidurmu dirapikan oleh ....
a. orang tua
b. pembantu
c. kakak
d. saya sendiri
5. Setiap hari rumahmu dibersihkan oleh ....
a. orang tua
b. pembantu
c. saudara
d. seluruh anggota keluarga
Contoh Angket Pendidikan Kewarganegaraan (Kelas VI/1)
Kompetensi Dasar : Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dalam kehidupan sehari-hari
Indikator : Mencontoh nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari hari
Nama siswa : .................................
Jenis kelamin : ..................................
Kela : ..................................
Petunjuk Pengisian angket!
Lingkari pada pernyataan (Ya/tidak) yang sesuai dengan pilihan Anda .
- Mencontoh nilai persatuan
· Dalam berteman memilih-milih berdasarkan suku, ras, agama. Ya/Tidak
· Menghargai pendapat orang lain Ya/Tidak
· Membuat kelompok belajar Ya/Tidak
· Suka bertengkar dengan teman Ya/Tidak
· Mengejek sobat yang kurang beruntung Ya/Tidak
2. Mencontoh nilai kesatuan
· Ikut lomba tarian kawasan tingkat propinsi.
Ya /Tidak
· Mengikuti jambore Tingkat Nasional Ya/Tidak
· Tidak peduli terhadap musibah yang menimpa sobat di propinsi lain
Ya/Tidak
· Merusak cagar budaya alam Ya/Tidak
· Melaksanakan upacara bendera dengan tertib Ya/Tidak
Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering dipergunakan orang dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : butir-butir kuesioner sanggup diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif, butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik perumusan kata, isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan dalam memperlihatkan jawaban, kuesioner memudahkan sumber data dalam memperlihatkan tanggapan serta kepraktisan serta relative lebih murah dibandingkan metode nontes yang lain. Sama halnya dengan instrument lain, angket juga mempunyai beberapa kelemahan dan keunggulan, antara lain:
a) Kelemahan:
1. Ada kemungkinan angket diisi oleh orang yang bukan menjadi target.
2. Target menjawab berdasarkan altternatif tanggapan yang tersedia
b) Keunggulan:
1. Responden sanggup meenjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi korelasi dengan peneliti atau penilai.
2. Informasi yang terkumpul lebih gampang lantaran homogen.
3. Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden yang relatif banyak.
d. Inventori
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian, namun pada inventori kepribadian tanggapan akseptor didik selalu benar selama menyatakan dengan sesungguhnya.Walaupun demikian digunakan pula skala-skala tertentu untuk mengkuantifikasi jawaban biar sanggup dibandingkan.
Inventori (inventaris, inventarisasi) yaitu satu alat untuk menaksir dan menilai ada atau tidak adanya tingkah laku, minat, sikap tertentu dan sebagainya. Biasanya inventaris ini berbentuk daftar pertanyaan yang harus dijawab.[4]
Di tinjau dari segi diungkapkannya data, maka sifat dari tekhnik ini yaitu approach self report, alasannya yaitu individu dengan inventoris itu sanggup menyatakan segala aspek-asek kepribadian penyesuaiannya secara bebas. Adapun bentuk dari inventoris itu sanggup berupa questionaire (angket), chek-list atau rating scale. Dengan alat-alat ini di harapkan individu sanggup memperlihatkan bagaimana biasanya ia merasa, bagaimana ia bersikap, berbuat dan mengerjakan sesuatu. Berdasarkan tujuan-tujuan itu maka kita mengenal adanya aneka macam jenis inventori seperti: personality inventories, interest inventories, dan attitude inventories.
A. Personality inventories
Ialah inventoris yang dipersiapkan untuk mengungkapkan aspek-aspek kepribadian seseorang. Contoh-contoh dari personality inventories ini antara lain.
1) BERNREUTER’S PERSONALITY INVENTORY
Inventori ini berisi 125 pertanyaan yang harus dijawab dengan “ya” atau “tidak” Atau tanda tanya ‘’?”. Tiap-tiap pertanyaan hanya boleh dijawab satu kali. Dari jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu brenreuter menggolong-golongkan, berdasarkan kunci yang disediakan dalam 6 aspek kepribadian, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri, kecenderungan neurotik, introversion-extroversion, sifat mengalah, kepercayaan dan keramahan dalam pergaulan.
Contoh-contoh pertanyaan dalam inventori ini: Apakah kau sering merasa sedih?(pertanyaan untuk introversion-extroversion). Apakah kau memperoleh sobat gres dengan gampang ? (untuk keramahan dalam bergaul). Apakah kau berusaha jalan kaki bila ban sepeda kau kempes ? ( untuk mengetahui sifat memenuhi kebutuhan sendiri), dan sebagainya.
2) PINTER’S ASPECTS OF PERSONALITY
Tipe inventori ini untuk disiapkan untuk siswa kels 4 hingga kelas 9 jadi objek yang sanggup diselidiki yaitu lebih gampang dibanding dengan ciptaan bernreuter. Tujuan dari inventori ini yaitu untuk mengungkapkan penyesuaian pribadi anak dalam bidang-bidang : imbas kekalahan (ascendency-submission), introversi-extroversi, dan kestabilan emosionil.
Cara mengerjakan inventori ini dengan menyuruh anak menyatakan persetujuannya dan ketidaksetujuannya terhadap item-item yang disediakan. Item-item itu contohnya : bila seorang anak mencoba mendesak dan berdiri didepan saya, saya tidak takut menyuruhnya kembali ketempatnya. Jika anak merespon dengan “setuju” untuk sebagian besar dari pecahan ascendency-submission berarti ia memperoleh skore rendah pada pecahan tersebut, yang indikasinya yaitu memperlihatkan aib atau tipe anak yang suka menjauhkan diri.
Jika sebagian pada pecahan tersebut dijawab tidak baiklah maka hal ini berarti akan memperoleh skore tinggi dan sifat-sifat anak itu yaitu mendominasi dan suka marah.
Skore rendah pada introversi–extroversi memperlihatkan kecenderungan mengundurksn diri, menghindarkan tanggung jawab dan bahagia hidup dalam alam fantasi. Anak yang rendah skore stabilitas emosinya seperti melarikan diri dan sudah bingung.
Hasil inventori aspek-aspek kepibadian ini sanggup digunakan sebagai petunjuk mengenal anak yang membutuhkan advice psikis anak yang membutuhkan bimbingan pendidikan dan sebagai petujuk bagi psikologist atu psikiatris dalam studi dan diagnosa kasus maladjustment.
B. Interest Inventories
Beberapa interest inventori yang populer yaitu :
1) Strong Vocational Interest Blank
Inventori ini sengaja disusun untuk mengetahui minat seseorang dalam hal-hal ibarat : jabatan-jabatan, mata pelajaran, kesenangan-kesenangan, aktivitas-aktivitas, keistimewaan-keistimewaan orang, dan sebagainya.
Contoh pecahan pertama (I) : jabatan-jabatan. Kemungkinan tanggapan yang disediakan yaitu suka (s), blanko (b), dan tidak suka (ts).
1. Actor………………………….s b ts
2. Advertensor………………..…s b ts
3. Arsitek………………………..s b ts
4. Opsir tentara………………….s b ts
5. Artist………………………….s b ts
Dari dasar inventori sanggup dikembangkan sendiri suatu struktur baru, yaitu dengan mengelompokkan 5 macam atau lebih pokok-pokok minat menjadi satu. Siswa disuruh menentukan salah satu dari 5 macam pokok minat itu. Atau sanggup juga disusun struktur dimana hanya ada satu pokok minat dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 atau lebih unsure-unsur minat.
Contoh :
1) Pilihlah salah satu jabatan yang paling kau sukai dari tiap-tiap kelompok ini :
Insinyur pertanian Tukang las
Dokter Gigi Juru rawat
Hakim Pramuria toko
Bupati Kepala RT
2) Pilihlah salah satu mata pelajaran yang kau sukai dari tiap-tiap kelompok ini :
Ilmu tumbuh-tumbuhan Ilmu tanah
Ilmu kimia Bakteriologi
Tata buku Ilmu ekonomi
Sejarah Tata Negara
Cara pengolahan jadinya yaitu dengan menjumlahkan pilihan unsure-unsur yang sejenis dari item-item. Jumlah yang terbanyak yaitu merupakan indikasi dari minat seseorang pada unsure-unsur itu.
· Kuder Preference Record
Inventori ini isinya meliputi : Vocational C, Vocational B, dan Personal A. Vocational C mengukur 10 bidang minat pendidikan ibarat : kegiatan diluar kelas, ilmu pesawat, perhitungan, ilmu pengetahuan alam, persuasive, mengenai sastra, music, service social, dan ketata usahaan. Vocational B mengukur semua kecuali kegiatan diluar kelas, dari minat-minat yang diukur oleh vocational C. Personal A mengukur lima jenis perbedaan kesenangan yang muncul sebagai panadai membawa diri, hal-hal yang praktis, kemungkinan akur (setuju) dan mendominasi.
Inventori ini memaksa orang yang diselidiki menentukan aktifitas-aktifitas yang banyak (luas). Tetapi pilihan-pilihan itu tidak dikelompokkan didalam kategori ibarat jabatan, mata pelajaran, dan sebagainya. Tiap alterntif, dikelompokkan menjadi tiga. Untuk tiap kelompok subjek harus menentukan alternative mana yang paling ia tidak sukai. Contoh :
· Latihan olahraga
· Memancing
· Bermain bola
· Memasak untuk dihotel
· Memasak untuk orang-orang yang camping
· Memasak untuk keluarga
Aktifitas setiap kelompok tidak harus sama kategorinya. Walaupun interest inventory sangat penting bagi Quidance and Counseling, namun harus diingat bahwa inventory itu merupakan aptitude test. Interest siswa itu bias berubah-ubah terutama pada umur-umur dibawah 25 tahun. Bahkan ada juga yang telah tamat akademi tinggi masih berubah-ubah tujuan-tujuan mereka. Karena itu hasil interest inventory hendaknya diikuti hingga individu itu mencapai kematangan penuh.
C. Attitude inventories
Inventori ini sengaja disusun untuk mengukur sikap seseorang terhadap orang lain atau objek-objek kebudayaan hasil ciptaan orang-orang.
Sikap boleh dianggap sebagai satu pecahan dari kepribadian dan biasanya dihubungkan dengan perasaan-perasaan, emosi serta merupakan factor penting dalam mencantumkan reaksi-reaksi dan tingkah laris kita. Sesuatu sikap sanggup berupa pikiran sebagai pola respon, atau kecenderungan berakhir atau berbuat dalam cara-cara yang istimewa terhadap suatu keadaan.
Jadi seseorang menyatakan sikapnya terhadap aktifitas-aktifitas tertentu, fakta-fakta, partai-partai politik, dan terhadap seseorang ibarat kepala sekolahnya, guru home roomnya, mitra sepermainannya, dan sebagainya. Sikap yang tidak favoralle biasanya akan mengakibatkan reaksi penolakan atau agresi. Sikap yang netral yaitu tidak memihak. Dan sikap yang favoralle yaitu suatu tingkah laris yang membantu, menyokong, dan meyenangkan.
Untuk pengukuran sikap ini digunakan metode, yakni metode equal appearing intervals.
· Metode Equal Appearing Intervals
Thurstonel dan Chave yang berbagi metode ini, dimaksudkan untuk mengekspersikan sikap seseorang terhadap sesuatu problem secara menyeluruh mulai dari yang mendukung, netral, dan tidak mendukung. Individu disuruh mencek (v) hal mana yang ia setujui. Lalu jadinya dijumlah, dan contohnya terdapat score terbanyak (11) menentang, score (6) netral, dan 5 4 2 mendukung. Maka setiap seseorang itu yaitu didasarkan pada rata-rata dari nilai skala yang diceknya.
· Pemeriksaaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan berguru akseptor didik tanpa menguji (teknik non tes) juga sanggup dilengkapi atau diperkaya dengan cara melaksanakan investigasi terhadap dokumen-dokumen contohnya dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (autobiografi), ibarat kapan dan dimana akseptor didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak di dalam keluarga (anak kandung/anak angkat/anak tiri, anak yatim/yatim piatu, anak keberapa dari berapa orang anak kandung/anak sulung/anak bungsu; semenjak kapan diterima sebagai siswa, dari mana sekolah asalnya, apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia mempunyai keterampilan yang khas dan pernah meraih atau mendapatkan penghargaan lantaran keterampilan yang dimilikinya itu; apakah yang bersangkutan pernah menderita penyakit yang serius, jenis penyakit serius yang pernah dideritanya, berapa usang dirawat di rumah sakit dan sebagainya). Selain itu juga dokumen yang memuat informasi wacana orang renta akseptor didik, seperti; nama, tempat tinggal, tempat dan tanggal lahir, agama yang dianut, pekerjaan pokoknya, tingkat atau jenjang pendidikannya, rata-rata pengahasilannya tiap bulan, dan sebagainya. Juga dokumen yang memuat wacana lingkungan nonsosial ibarat kondisi bangunan ruang belajar, lampu penerangan, sumber pemenuhan kebutuhan air sehat dan sebagainya.
e. Penugasan
Penilaian dengan penugasan yaitu suatu teknik penilaian yang menuntut akseptor didik melaksanakan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan sanggup diberikan dalam bentuk individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa kiprah atau proyek.
Tugas atau penugasan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas, contohnya kiprah menciptakan ringkasan cerita, menulis puisi, menulis cerita, mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan kiprah ini bisa berupa hasil karya, seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan. Pelaksanaan derma kiprah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Banyaknya kiprah setiap mata pelajaran diusahakan biar tidak memberatkan siswa lantaran memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, berguru mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.
b. Jenis dan materi pemberigan kiprah harus didasarkan kepada tujuan pembemberian kiprah yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau memakai hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi kiprah dipilih yang esensial sehingga siswa sanggup berbagi keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
c. Diupayakan derma tuga sanggup berbagi kreatifitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.
f. Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran. Portofolio digunakan oleh pendidik dan siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu. Portofolio menggambarkan perkembangan prestasi, kelebihan dan kekurangan kinerja siswa, ibarat kreasi kerja dan karya siswa lainnya.
a. Bagian-bagian Portofolio
Bentuk fisik dari portofolio yaitu folder, bendel, atau map yang berisikan dokumen. Agar portofolio siswa gampang dianalisis untuk kepentingan penilaian, maka idealnya perlu diorganisir dalam beberapa pecahan sebagai berikut.
1) Halaman Judul
Pada halaman depan map portofolio yaitu judul atau cover portofolio berisi nama siswa, kelas, dan sekolah.
2) Daftar isi dokumen
Pada halaman dalam dari judul berisi daftar isi dokumen yang berada dalam map portofolio.
3) Dokumen Portofolio
Bendel dokumen portofolio berisi kumpulan semua dokumen siswa baik hasil karya siswa, lembar kerja (worksheet), koleksi bacaan, koleksi lukisan, maupun lembaran-lembaran informasi yang digunakan dalam kegiatan berguru mengajar.
4) Pengelompokan Dokumen
Dokumen-dokumen dalam portofolio perlu dikelompokkan, contohnya berdasarkan mata pelajaran, sehingga gampang untuk mendapatkannya bila diperlukan. Agar kelompok dokumen gampang diorganisir, maka perlu diberi pembatas, contohnya dengan kertas berwarna. Batasan tersebut sangat mempunyai kegunaan untuk memisahkan antara dokumen satu kelompok dengan kelompok yang lain. Tidak semua berkas karya siswa didokumentasikan tetapi hanya karya siswa yang terpilih saja. Penentuan karya siswa yang terpilih merupakan komitmen antara pendidik dan siswa.
5) Catatan Pendidik dan Orangtua
Pada dokumen yang relevan baik yang berupa lembar kerja, hasil karya, maupun kumpulan dokumen yang dipelajari siswa terutama yang berupa kiprah dari pendidik harus terdapat catatan/komentar/nilai dari pendidik dan tanggapan orang tua. Lebih baik lagi bila terdapat catatan/tanggapan siswa yang bersangkutan, dengan demikian pada setiap dokumen terdapat informasi lengkap wacana masukan dari pendidik dan tanggapan dari orang tua. Setiap siswa juga sanggup memasukkan dokumen yang diperoleh secara mandiri, contohnya diperoleh dari buku bacaan atau majalah yang menciptakan anak tertarik untuk mempelajari atau mengoleksinya. Sehingga dalam portofolio siswa, dokumen tidak hanya berasal dari pendidik atau pelajaran semata, tetapi juga bisa berisi kumpulan koleksi siswa yang bersangkutan sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian, portofolio siswa akan berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung dari keaktifan siswa dalam berbagi talenta dan minatnya serta keaktifannya dalam belajar. Dari portofolio ini diperoleh informasi wacana talenta dan minat, kelebihan dan kekurangan dari setiap siswa yang sangat membantu pendidik dalam melaksanakan pembinaan kemampuan individu.
Catatan pendidik, siswa, dan orang renta sanggup eksklusif dituliskan pada dokumen yang ada, atau ditulis secara terpisah pada kertas kecil yang ditempelkan atau disatukan pada dokumen. Contoh catatan pendidik, siswa dan orang renta pada hasil menggambar yang dimasukkan sebagai dokumen portofolio yaitu sebagai berikut.
Catatan/Tanggapan | ||
Pendidik | Siswa | Orang Tua/Wali Murid |
Bentuk artistik bagus, teknik pewarnaan perlu ditingkatkan. | Waktunya kurang! | Perlu banyak berlatih. |
b. Penggunaan Portofolio
Perlu ditegaskan bahwa portofolio bukan menggantikan sistem penilaian yang ada. Portofolio yang berisi dokumen-dokumen selama siswa berguru dalam kurun waktu tertentu, dipilih kembali untuk dilampirkan dan dilaporkan kepada orang renta bersama rapor.
Pada final suatu periode, contohnya semester, portofolio dianalisis dan hasil analisis berupa catatan komentar guru wacana informasi proses dan hasil berguru siswa selama periode tersebut.
g. Daftar Cocok
Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana lantaran dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Bertanys mempermudah responden dalam memperlihatkan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai aneka macam hal tetapi dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.[5]
Contoh:
Berikan tanda silang sempurna pada kolom yang memperlihatkan kebiasaan Anda melaksanakan pekerjaan rumah dibawah ini :
No. | Jenis kegiatan di rumah | Dikerjakan oleh Anda | Dikerjakan bersama | Dikerjakan pembantu |
1. | Menyiapkan makan pagi | |||
2. | Membersihkan rumah | |||
3. | Mencuci pakaian sendiri | |||
4. | Mencuci sprei, korden, dan seterusnya. | |||
5. | Mencuci alat-alat makan ...dan seterusnya |
Dari contoh di atas sanggup diketahui bahwa variasi tanggapan yang harus diberikan oleh responden hanya empat macam yakni:. "Dikerjakan oleh Anda", “Dikerjakan bersama", dan "Dikerjakan pembantu". Dengan daftar cocok ini barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif tanggapan tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif tanggapan hanya tiga macam itu akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama.
Daripada memakan tempat padahal responden sudah tahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah diisi oleh responden terlihat adanya daftar tanda centang yang disebut daftar cocok. Istilah "daftar cocok" juga sanggup tiba dari apa yang diharapkan dari responden, yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang disediakan.
h. Jurnal
Jurnal yaitu rekaman tertulis wacana apa yang dibentuk siswa terhadap apa yang dipelajari oleh siswa (Muslimin Ibrahim, 2005: 26). Jurnal biasanya ditulis oleh siswa untuk mencatat setiap kemajuan belajarnya. Jurnal sanggup digunakan untuk meringkas aspek-aspek yang bekerjasama dengan kata-kata kunci ibarat kesulitan yang dialami oleh siswa, atau kesuksesan dalam memecahkan suatu masalah, catatan-catatan lain dan komentar yang dibentuk oleh siswa.[6]
Jurnal bukanlan ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi siswa terhadap apa yang telah dipelajari oleh siswa. Jurnal sanggup digunakan untuk menulis pertanyaan, kesuksesan, pemikiran, maupun perasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan memakai jurnal, guru sanggup memperoleh informasi sejauhmana siswa bisa memahami materi pelajaran.
Penulisan jurnal bertujuan untuk mengkomunikasikan pengalaman belajar, materi yang telah dipahami, materi yang belum dipahami dengan menyebutkan alasaannya, dan perjuangan atau cara untuk mengatasi kasus yang dihadapi. Selain itu, jurnal juga bertujuan untuk pengembangan keterampilan dan pembiasaan mengekspresikan hasil refleksi siswa terhadap pembelajaran.
i. Penilaaian Diri (Self Assessment)
Penilaian diri yaitu suatu teknik penilaian di mana akseptor didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.[7]
Teknik penilaian diri sanggup digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: akseptor didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil berguru dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau teladan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, akseptor didik sanggup diminta untuk menciptakan goresan pena yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, akseptor didik diminta untuk melaksanakan penilaian berdasarkan kriteria atau teladan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, akseptor didik sanggup diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau teladan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini sanggup memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain:
1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri akseptor didik, lantaran mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, lantaran ketika mereka melaksanakan penilaian, harus melaksanakan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih akseptor didik untuk berbuat jujur, lantaran mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melaksanakan penilaian.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang terperinci dan objektif. Oleh lantaran itu, penilaian diri oleh akseptor didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3) Merumuskan format penilaian, sanggup berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
4) Meminta akseptor didik untuk melaksanakan penilaian diri.
5) Pendidik mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong akseptor didik supaya senantiasa melaksanakan penilaian diri secara cermat dan objektif.
6) Menyampaikan umpan balik kepada akseptor didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Contoh Penilaian Diri .
Mate Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / Semester : II / 2
Standar Kompetensi : 4. Menampilkan nilai-nilai Pancasila.
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, bahagia bekerja dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek : Penerapan .
j. Self assessment dan peer assessment
Self assessment dan peer assessment merupakan cara penilaian hasil berguru yang berpusat pada pelajar. Metode penilaian ini sanggup diterapkan untuk menilai kemampuan kognitif maupun kemampuan non kognitif pelajar apabila dilihat dari kemampuan yang ingin diuji dan sanggup sebagai alat penilaian formatif dan sumatif apabila dilihat dari tujuan penilaian.[8]
Self assessment menurut Boud (1991) yaitu keterlibatan pelajar dalam mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam berguru dan menciptakan keputusan mengenai pencapaian kriteria dan standar tesebut. Dengan kata lain Self assessment yaitu sebuah proses dimana pelajar mempunyai tanggung jawab untuk menilai hasil belajarnya sendiri. Sedangkan peer assessment yaitu sebuah proses di mana seorang pelajar menilai hasil berguru sobat atau pelajar lainnya yang berada se-level. Maksud dari se-level yaitu bila dua orang atau lebih berada dalam level kelas yang sama atau subjek pelajaran yang sama. Self dan peer assessment sanggup digunakan untuk menilai kemampuan klinik yang meliputi dimensi kognitif (clinical management) dan dimensi humanistic ( psychological).
Self assessment sanggup digunakan untuk membantu pelajar dalam berbagi kemampuan menilai dan mengkritisi proses dan hasil belajarnya (penilaian formatif), membantu pelajar menentukan kriteria untuk menilai hasil belajarnya, dan sebagai syarat yang dibutuhkan dalam sebuah proses pembelajaran untuk memutuskan kelulusan (sumatif assessment). Peer assessment sanggup digunakan untuk membantu pelajar dalam berbagi kemampuan bekerjasama, mengkritisi proses dan hasil berguru orang lain (penilaian formatif), mendapatkan feedback atau kritik dari orang lain, memperlihatkan pengertian yang mendalam kepada para siswa wacana kriteria yang digunakan untuk menilai proses dan hasil berguru dan untuk penilaian sumatif. Brown, Rust and Gibbs (1994), Zariski (1996), Race (1998) menjelaskan laba dari self dan peer assessment yaitu, mendorong pelajar untuk mempunyai rasa tanggung jawab terhadap proses belajarnya sehingga pelajar sanggup mandiri, melatih evaluation skill yang mempunyai kegunaan untuk life long learning dan mendorong deep learning.
Penerapan self assesment & peer assesment sebagai penilaian formatif. Bhola (1990) mendefinisikan penilaian formatif yaitu sebuah metode untuk menilai sebuah jadwal yang masih berjalan dan fokus kepada proses. Penggunaan peer assessment untuk formatif bertujuan untuk memperlihatkan feedback yang berasal dari peer. Banyak bukti penelitian memperlihatkan bahwa peer assessment mendukung pelajar untuk memperlihatkan feedback kepada pelajar lain dan juga berguru mendapatkan feedback dari pelajar lain.
A. Tahapan Menjalankan
Ada empat langkah dalam perencanaan dan penerapan self dan peer assessment agar efektif yaitu :
Penyampaian maksud dan tujuan peer assessment kepada semua partisipan yang terlibat, baik mahasiswa yang akan dinilai maupun mahasiswa yang menjadi penilai. Oleh lantaran bentuk penilaian ini masih baru, maka peer assessment ini diterapkan secara bertahap, dengan memakai anonym, diterapkan pada low stake setting ibarat untuk penilaian formative dan buatlah sistem penilaian ini semudah dan sesederhana mungkin. Hal yang sama juga dilakukan untuk self assessment.
Kriteria penilaian harus dikembangkan dan disampaikan kepada partisipan. Kriteria ini meliputi berapa banyak partisipan yang terlibat, karakteristik partisipan, komponen kompotensi apakah yang akan dinilai, kapan penilaian akan dilaksanakan, dan juga metode pengambilan data (checklist, rating form, scoring key). Penggunaan criterion standart sangat sesuai sehingga kriteria standar penilaian terperinci dan gampang dipahami.
Pelatihan perlu dilakukan untuk semua partisipan. Pelatihan yang intensif perlu dilakukan untuk para mahasiswa yang pertama kali menghadapi sitem penilaian ini dan apabila para mahasiswa telah melewati beberapa kali sistem penilaian ini maka training tidak perlu intensif. Pelatihan ini meliputi training mengenai penentuan kriteria penilaian (criterion reference test) dan training cara memperlihatkan feedback yang efektif.
Hasil penilaian perlu dimonitor, apakah hasil penilaian dari self, peer dan instruktur sudah mempunyai kesamaan. Hal ini perlu untuk mengidentifikasi hal-hal yang sanggup mengakibatkan perbedaan hasil penilaian oleh self, peer dan instruktur sehingga nantinya sanggup diperbaiki atau dihindari. Metode diskusi sanggup dilakukan untuk mencari penyebab perbedaan hasil penilaian oleh self, peer dan instruktur.
Pelaksanaan Peer and Self Assessment
Proses peer assessment yaitu dimulai dengan mendiskusikan item dan kriteria penilaian oleh dosen dan para mahasiswa. Kemudian masing-masing mahasiswa menilai sobat mereka yang telah ditunjuk dan juga memperlihatkan feedback. Hasil penilaian ini biasanya dicocokkan dengan hasil penilaian dosen. Apabila selisih nilai penilaian peer kurang dari 10 % maka penilaian ini sanggup diterima. Sedangkan proses self assessment yaitu dimulai dengan menetapkan item dan kriteria yang akan dinilai. Kemudian mahasiswa menilai secara sendiri. Kemudian dosen memperlihatkan feedback terhadap penilaian mahasiswa tersebut. Penerapan self assesment & peer assesment sebagai penilaian formatif Bhola (1990) mendefinisikan penilaian formatif yaitu sebuah metode untuk menilai sebuah jadwal yang masih berjalan dan fokus kepada proses. Penggunaan peer assessment untuk formatif bertujuan untuk memperlihatkan feedback yang berasal dari peer.
[1] Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[2] aciknadzirah.blogspot.com/search?q=teknis-nontes-adalah-suatu-alat
[3] aciknadzirah.blogspot.com/search?q=teknis-nontes-adalah-suatu-alat
[4] http://bukunnq.wordpress.com/inventori/
[5] http://chemed-unpatti.info/index.php/ebook/78-berita/103-metode-dan-instrumen
[6] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2222620-pengertian-jurnal-dalam-pendidikan/
[7] aciknadzirah.blogspot.com/search?q=teknis-nontes-adalah-suatu-alat
[8] aciknadzirah.blogspot.com/search?q=teknis-nontes-adalah-suatu-alat