Wednesday, July 12, 2017

√ Sejarah Kerajaan Kutai Di Indonesia

A. ASAL MULA KERAJAAN KUTAI (MARTADIPURA)
Kerajaan Kutai (Martadipura) yaitu kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini diperkirakan terbnetuk pada periode ke 5 M atau sekitar tahun 400 M. kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, bersahabat kota Tenggarong, atau tepatnya di hulu sungai Mahakam. Sebenarnya, nama Kutai itu sendiri diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menceritakan perihal kerajaan itu sendiri. Tidak ada bukti sejarah maupun prasasti yang menyebutkan secara niscaya perihal nama dari kerajaan ini. Oleh sebab itu, para andal mengacu pada nama tempat tersebut. Sangat sedikit bukti sejarah yang ditemukan terkait dengan kerajaan Kutai, kesudahannya informasinya pun sangat kurang.
Artikel Penunjang : Sejarah Masuknya Hindu Budha di Indonesia
 yaitu kerajaan Hindu tertua di Indonesia √ Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia
SEJARAH KERAJAAN KUTAI DI INDONESIA
Keberadaan kerajaan Kutai itu sendiri diketahui menurut inovasi bukti sejarah berupa prasasti yang berbentuk yupa dengan jumlah 7 buah. Di dalam yupa tersebut, menceritakan perihal banyak sekali aspek kehidupan yang terjadi semasa kerajaan Kutai, menyerupai aspek politik, sosial, ekonomi, dan juga budaya. Adapun isi dari prasasti tersebut ialah :

“śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ”.

Artinya yaitu :
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarman namanya, yang menyerupai Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarman mempunyai putra tiga, menyerupai api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas amat banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu watu ini didirikan oleh para brahmana”.

Dari isi prasasti tersebut sanggup kita simpulkan bahwa raja pertama yang memimpin Kutai yaitu seorang yang berjulukan Kudungga. Raja tersebut mempunyai seorang anak yang berjulukan Asawarman atau juga dikenal dengan Wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah turun tahta, Asawarman digantikan oleh salah satu dari tiga anaknya yang berjulukan Mulawarman

Penggunaan nama Asawarman dan juga nama-nama raja sesudahnya membuktikan bahwa kerajaan Kutai telah masuk ke dalam kepercayaan Hindu pada dikala itu, dan juga raja-raja tersebut merupakan orang orisinil Indonesia yang telah memeluk agama Hindu.

B. SISTEM KEHIDUPAN KERAJAAN KUTAI MARTADIPURA
1. Sistem Politik
Seperti yang telah dijelaskan dalam prasasti/yupa di atas, raja pertama kerajaan Kutai berjulukan Kudungga yang mempunyai seorang anak berjulukan Asawarman. Asawarman mewarisi tahta kepada Mulawarman yang merupakan raja terbesar di kerajaan Kutai. Asawarman juga sering disebut dengan Dewa Ansuman (Dewa Matahari) dan dipandang sebagai Wangsakerta (pendiri keluarga raja). Raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Kutai yaitu sebagai berikut :

1) Maharaja Kudungga
Kudungga adlaah raja pertama yang memimpin kerajaan Kutai. Sebenarnya, nama Kudungga ditafsirkan oleh para andal merupakan nama orisinil orang Indonesia yang belum terpengaruh dengan kebudayaan Hindu (India). Itu berarti, Kudungga pada awalnya yaitu seorang kepala suku. Namun di tengah kepemimpinannya, masuklah pedoman agama Hindu dan Kudungga mengakibatkan kawasan kekuasaannya menjadi sistem pemerintahan dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja. Lalu, pergantian raja-raja di kerajaan Kutai dilakukan secara turun temurun.

2) Maharaja Asawarman
Raja Asawarman di dalam prasasti yupa diceritakan sebagai seorang raja yang besar lengan berkuasa dan juga cakap. Di masa pemerintahannya, kawasan kekuasaan kerajaan Kutai diperluas dengan sebuah upacara yang dinamakan dengan Asmawedha. Upacara Asmawedha sendiri pernah dilakukan di India pada dikala pemerintahan Samudragupta ketika ingin memperluas daerahnya. Dalam upacara tersebut diadakan sebuah ritual pelepasan kuda dengan tujuan untuk memilih tapal batas kekuasaan yang ditandai dengan tapak kaki kuda yang palik akhir. Pelepasan kuda-kuda tersebut diikuti oleh para prajurit kerajaan Kutai.

3) Maharaja Mulawarman
Raja Mulawarman merupakan raja terbesar dan termasyur di kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahannya, kerajaa Kutai mengalami masa kejayaan. Rakyat-rakyatnya hidup aman, sejahtera dan tentram. Hal ini ditandai dengan diadakannya kenduri oleh raja Mulawarman dengan menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana di sebuah tanah suci yang berjulukan Waprakeswara.

Setelah itu, yang berturut-turut memerintah kerajaan Kutai yaitu sebagai berikut :
4) Maharaja Irwansyah
5) Maharaja Sri Aswawarman
6) Maharaja Marawijaya Warman
7) Maharaja Gajayana Warman
8) Maharaja Tungga Warman
9)  Maharaja Jayanaga Warman 
10) Maharaja Nalasinga Warman
11) Maharaja Nala Parana Tungga
12)  Maharaja Gadingga Warman Dewa
13) Maharaja Indra Warman Dewa
14) Maharaja Sangga Warman Dewa
15) Maharaja Singsingamangaraja XXI
16) Maharaja Candrawarman
17) Maharaja Prabu Nefi Suriagus
18) Maharaja Ahmad Ridho Darmawan
19) Maharaja Riski Subhana
20) Maharaja Sri Langka Dewa
21. Maharaja Guna Parana Dewa
22. Maharaja Wijaya Warman
23. Maharaja Indra Mulya
24. Maharaja Sri Aji Dewa
25. Maharaja Mulia Putera
26. Maharaja Nala Pandita
27. Maharaja Indra Paruta Dewa
28. Maharaja Dharma Setia       

2. Sistem Ekonomi
Mata pencaharain yang utama bagi masyarakat kerajaan Kutai yaitu beternak sapi. Selain itu, bercocok tanam dan juga berdagang juga merupakan mata pencaharian mereka. Hal ini sanggup dibuktikan dengan letak kerajaan Kutai yang bersahabat dengan sungai Mahakam sehingga cocok untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam. Selain itu, kerajaan Kutai juga terletak di jalur perdagangan antara Cina dan India sehingga sangat menguntungkan masyarakatnya untuk berdagang.

3. Sistem Sosial
Menurut prasasti-prasasti yang telah ditemukan dan diterjemahkan oleh para ahli, sanggup disimpulkan bahwa masyarakat kerajaan Kutai pada dikala itu yaitu tertata, tertib dan juga teratur. Selain itu, masyarakatnya juga cepat mengikuti keadaan dengan budaya luar khususnya India dengan tetap memegang teguh budaya lokal.

4. Sistem Budaya
Dapat dikatakan bersama-sama kehidupan budaya masyarakat kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini ditandai dengan seringnya diadakan upacara penghinduan (pemberkatan pemeluk agama Hindu) yang dikenal dengan sebutan Vratyastoma. Upacara ini diperkirakan mulai dipraktekkan pada masa pemerintahan raja Asawarman, dikarenakan pada dikala raja Kudungga, ia masih mempertahankan budaya lokal dengan sangat kuat. Pemimpin upacara pemberkatan ini eksklusif oleh para kaum Brahmana dari India.

Akan tetapi, pada masa pemerintahan raja Mulawarman, besar lengan berkuasa sekali kemungkinan pemimpin upacara pemberkatan ini ialah kaum Brahmana yang merupakan orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana yang berasal dari Indonesia orisinil mengambarkan bahwa masyarakat kerajaan Kutai sudah bisa menguasai bahasa Sansakerta yang merupakan bahasa keagamaan agama Hindu.
 yaitu kerajaan Hindu tertua di Indonesia √ Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia
KERAJAAN KUTAI 
C. RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI  
Kerajaan Kutai Martadipura berakhir setelah maut raja Kutai yang berjulukan Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan dengan kerajaan Kutai Kartanegara di bawah pimpinan raja Aji Pangeran Anum panji Mendapa. Perlu digarisbawahi adalah, kerajaan Kutai Martadipura tidaklah sama dengan kerajaan Kutai Kertanegara. Kerajaan Kutai Kertanegara merupakan kerajaan yang ibu kotanya berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kerajaan Kutai Kertanegara inilah yang dalam sastra jawa pada tahun 1365, disebut dengan Negarakertagama. Kerajaan Kutai Martadipura hingga akhirnya tetap menjadi kerajaan bercorak Hindu, sedangkan kerajaan Kutai Kertanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut dengan Kesultanan Kutai Kertanegara.
D. PENINGGALAN – PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI
1. Prasasti Yupa
Prasasti yupa merupakan alat bukti sejarah yang paling tua. Dari prasasti inilah, diketahui kerajaan Kutai Martadipura terletak di Kalimantan. Prasasti yupa ini ditulis dengan memakai karakter Pallawa dalam bahasa Sansakerta. Secara umum, prasasti yupa menceritakan perihal kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan juga kebudayaan daripada kerajaan Kutai Martadipura.

2. Ketopong Sultan
Merupakan sebuah mahkota yang digunakan oleh raja-raja Kutai sewaktu memerintah kerajaan Kutai Martadipura. Mahkota raja ini terbuat dari emas dnegan berat 1,98 kg. dikala ini, mahkota ini masih disimpan di Museum Nasional Jakarta. Mahkota ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.

3. Kalung Ciwa
Peninggalan sejarah kerajaan Kutai ini pertama kali ditemukan oleh masyarakat di sekitar danau Lipan, Muara Kaman pada tahun 1890 pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Biasanya, suplemen ini digunakan oleh para raja-raja kerajaan Kutai. Sampai dikala ini, kalung Ciwa masih digunakan oleh sultan dan hanya digunakan dikala adanya penobatan sultan baru.

4. Kura-Kura Emas
Peninggalan sejarah yang satu ini terbilang unik, sebab wujudnya yang berbentuk menyerupai kura-kura emas. Benda yang mempunyai ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di kawasan Long Lalang, sekitar sungai Mahakam. Kura-kura emas ini sebenarnya yaitu sebuah persembahan dari seorang pangeran kerajaan China untuk putri raja Kutai yang berjulukan Aji Bidara Putih. Kura-kura ini merupakan bukti cinta pangeran untuk sang putri. Saat ini, benda ini amsih tersimpan di museum Mulawarman.

5. Pedang Sultan
Pedang ini merupakan pedang yang sering digunakan oleh raja Kutai. Pedang ini terbuat dari emas padat yang mempunyai motif pada cuilan gagang berbentuk gesekan harimau yang siap menerkam mangsanya. Serta pada cuilan ujung pedang, terdapat gesekan buaya. Pedang ini disimpan di Museum Nasional Jakarta

6. Keris Bukit Kang
Keris ini merupakan keris yang digunakan oleh permaisuri Aji Putri Karang Melenu. Menurut penuturan masyarakat setempat, putri ini ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut diatas bilah bamboo. Di dalam gong ini juga terdapat telur ayam dan sebuah keris.
 yaitu kerajaan Hindu tertua di Indonesia √ Sejarah Kerajaan Kutai di Indonesia
PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI
7. Singgasana
Singgasana atau tempat duduk raja ini masih tersimpan hingga kini di museum Mulawarman. Singgasana ini dilengkapi dengan payung, umbul-umbul, serta peraduan pengantin Kutai Keraton.

Sumber http://www.ilmudasar.com